Intan Jaya Papua -Etika digital kerap dibahas sebagai salah satu elemen paling penting dalam literasi digital. Apa alasan etika di dunia digital begitu penting?
Menurut Grace M. Moulina, Head of Marketing Communications Financial Company, etika digital atau netiquette merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, dan menyesuaikan diri, dalam kehidupan sehari-hari saat berinteraksi di dunia maya.
Etika digital penting sebab dengan hilangnya batas ruang dan jarak di internet, risiko mengalami pengalaman tidak menyenangkan pun meningkat.
“Dengan etika digital kita jadi tahu, oh begini loh caranya berinteraksi di internet supaya tidak jadi korban kejahatan siber, terhindar dari pelanggaran hukum dan tidak terpapar hoaks,” tutur Grace dalam Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Intan Jaya, Papua, Jumat 3 Desember 2021.
Ia mencontohkan komentar-komentar buruk yang kerap ditemukan di laman media sosial influencer. Tidak sedikit dari pengunggah komentar buruk itu sebenarnya hanya bermotif iseng. Namun keisengannya membuat orang lain menjadi takut hingga merasa terancam.
Anonimitas di media sosial membuat seseorang mendapatkan identitas baru, yang berbeda dengan dunia nyata.
“Ada juga orang yang galak di media sosial, suka komentar kasar, tapi di dunia nyatanya tidak begitu, aslinya pendiam dan jarang bicara. Kenapa bisa begitu? Karena di media sosial dia mendapat identitas baru, ia menjadi orang lain yang bukan dirinya,” terang Grace.
Lalu apa risiko yang terjadi jika seseorang tidak mau belajar etika digital? Menurut Grace salah satu akibatnya adalah nama baik yang tercemar.
Salah satu contohnya adalah Indonesia yang kini kehilangan nama baik sebagai bangsa yang ramah dan sopan, dan lebih dikenal sebagai bangsa yang kasar, akibat netizen Indonesia yang disebut paling tidak sopan di dunia.
“Apa kita mau dikenal sebagai bangsa yang tidak sopan dan kerap mengunggah komentar buruk? Kan tidak. Makanya penting sekali etika digital ini dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia,” tambahnya lagi.
Grace pun membagikan sejumlah etika dalam berkomunikasi yang perlu dimiliki oleh setiap orang, yakni:
- Menggunakan bahasa yang baik dan sopan.
- Menghindari penggunaan kalimat yang bersifat provokatif dan pembicaraan bersifat SARA.
- Menghargai privasi orang lain dan tidak melakukan cyberbullying.
- Tidak mengunggah data pribadi dan informasi sensitif di ruang digital.
- Menimbang sebelum mengunggah, efek yang muncul akibat unggahan tersebut.
“Jangan mudah terpancing emosi saat berinteraksi di dunia digital. Perlakukan orang lain seperti di dunia nyata, dan ingat jejak digital itu akan tertinggal selamanya dan sulit dihapus,” terang Grace.
Webinar ini juga menghadirkan Chyntia Andarinie (Founder Mom Influencer ID), Agustinus Langowuyo (Dosen Prodi Matematika FMIPA Universitas Cenderawasih), serta Marizka Juwita (key opinion leader).
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.