Cara Menghindari Hoaks dan Peran yang Bisa Diemban Anak Muda di Era Digital

Mimika Papua -Hoaks atau berita palsu (berita keliru) menjadi salah satu bahaya laten di tengah perkembangn teknologi digital seperti saat ini. Layaknya sebuah sel kanker, berita palsu dapat terus menyebar tanpa henti hingga menyebabkan orang-orang yang membacanya percaya hingga mengamini berita tersebut.
Untuk itu diperlukan pemahaman literasi digital yang baik untuk bisa membedakan mana berita betulan atau fakta, serta berita palsu atau hoaks. Dikatakan oleh Yemima M. Msiren, Komisioner KPU Biak Numfor Papua, masyarakat digital harus memiliki sistem filter pribadi jika sudah terjun ke dunia digital termasuk saat memiliki akun media sosial.
“Ketika mendapat berita terkait hoaks, kita harus sudah punya tujuan saat bermain media sosial dan punya sistem filter serta kroscek berita tersebut. Kita harus punya lebih dari satu sumber informasi untuk kroscek,” kata Yemima saat berbicara dalam acara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Mimika Papua, Jumat (3/12/2021).
Jika menemukan sebaran hoaks, misal, di grup WhatsApp keluarga, Yemima mengatakan kita bisa berkontribusi mengehentikan hoaks dengan memberikan sumber informasi yang benar serta melakukan klarifikasi dan edukasi.
“Kita juga perlu membagikan berita positif di media sosial dan meminimalisir mengonsumsi berita negatif. Algoritma kita nantinya akan penuh dengan berita-berita positif. Kalau kita membiarkan media sosial kita penuh dengan berita negarif, maka itu yang akan terus tersebar di media sosial, algoritma akan banyak memberikan berita negatif,” tambah Yemima.
Selain itu ia juga menekankan pentingnya lingkaran pertemanan positif di media sosial. Dari situ, lanjut Yemima, kita akan menjadi bagian dari saluran informasi positif di media sosial.
“Ini sangat bermanfaat dan penting untuk masyarakat terutama pengguna media sosial usia muda.”
Di Biak sendiri, media sosial kita mulai dimanfaatkan masyarakat untuk menjajakan produk dagangan mereka. Yemima bercerita bagaimana masyarakat Biak kini belajar memanfaatkan teknologi digital sebagai bagian dari ekonomi sehari-hari.
“Kami di Biak sedang mendorong masyarakat yang awalnya masih konvensional mulai berkekspansi ke media sosial. Misal muncul kafe-kafe, dan produk kerajinan tangan di masyarakat yang tadinya dijual offline sampai akhirnya dijual online,” pungkas Yemima.
Selain Yemima Msiren, hadir pula dalam acara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Mimika Papua, Jumat (3/12/2021), Sofia Sari Dewi, Fashion Disigner, Digital Content Creator, Clozette AmbassadorWriter, Yulia Dian, Social Media Specialist dan Content Creator dan Chika Mailoa sebagai key opinion leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Check Also

Dinilai Janggal, Warga Lovina Bali Diduga Korban Mafia Tanah, Laporkan Sejumlah Hakim

Warga Lovina, Buleleng, Made Jodi, melaporkan sejumlah Hakim ke Komisi Yudisial. Laporan tersebut diwakili oleh …