Kenapa Tingkat Literasi Digital di Daerah 3T Justru Relatif Tinggi, Inikah Sebabnya?

Mimika Papua -Kemajuan teknologi mungkin banyak dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di perkotaan dengan akses internet yang lebih mudah. Tapi, kondisi tersebut seringkali bertolak belakang dengan masyarakat yang tinggal di daerah terdepan, tekecil, dan tertinggal.
“3T itu merupakan kabupaten yang wilayah maupun masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional,” ujar Virtual Assistant dan Digital Creator Alaika Abdullah dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital wilayah Mimika, Papua, Rabu, (1/12/2021).
Ia menjelaskan bahwa sebagian besar daerah 3T menjadi gerbang tapal batas Indonesia. Kemduian, lanjut Alaika, letak daerah yang jauh dari ibukota provinsi menjadikan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat dikarenakan pembangunan infrastruktur yang masih belum merata.
“Sebenernya akses internet semakin cepat, terjangkau, dan tersebar sampai ke pelosok. Namun kendalanya yang biasanya dialami di daerah 3T adalah jaringan tidak stabil. Fasilitas bersama untuk internet lebih banyak digunakan dibanding nasional,” ujar Alaika.
Alaika menjelaskan bahwa kebanyakan orang di daerah 3T menggunakan internet untuk berkomunikasi lewat pesan singkat, bermedia sosial, dan browsing internet. Selain itu, biaya akses internet jauh lebih tinggi dibanding wilayah nasional.
“Kalau dilihat kepemilikan device seperti laptop cukup banyak, namun kebanyakan laptop atau komputer tidak terkoneksi dengan internet. Waktu akses internet di kawasan 3T sedikit lebih merata mana akses pada siang hari cukup tinggi,” ujar dia.
Meski demikian responden 3T lebih yakin bisa mengindentifikasi hoaks dibanding responden secara nasional. Selain itu, mereka menganggap hoaks adalah masalah yang sangat serius dibanding rata-rata nasional.
“Rujukan untuk memeriksa kebenaran, responden Kawasan 3T langsung merujuk ke Internet. Bukan keluarga seperti pada rata-rata nasional. Semestinya tanggungjawab pencegahan hoaks cenderung dianggap tanggungjawab bersama,” kata dia.
Menariknya, Alaika mengungkapkan bahwa skor indeks, sub indeks, dan pilar Literasi Digital lebih tinggi di daerah 3T ketimbang nasional. Mengapa bisa terjadi?
Alaika memaparkan bahwa hipotesisnya bahwa secara nasional akses internet lebih menyebar pada semua level pendidikan dan beragam tingkat ekonomi sosial.
“Jadi di nasional cukup banyak masyarakat yang berpendidikan rendah, bisa mengakses internet dengan sangat mudah. Sementara di daerah 3T kemungkinan yang bisa akses internet mereka yang pendidikannya lebih tinggi,” ujar Alaika.
Oleh sebab itu, lanjut Alaika Inddonesia perlu menggarap sub-indeks Informasi & Literasi Data, termasuk di dalamnya berpikir kritis tentang media & data.
“Ini adalah sub indeks yang cenderung tidak/ belum digarap oleh sektor swasta. Di daerah 3T, sejalan dengan temuan di tingkat nasional, Subindeks Informasi & Literasi Data mendapat skor terendah,” kata dia.
Lebih lanjut Alaika mengatakan bahwa kemampuan mengidentifikasi hoax perlu diperkuat. Karena jika orang bisa mengidentifikasi mereka cenderung tidak menyebarkan hoax. Tapi ini lebih berat karena terkait kemampuan cognitive.
Dalam webinar tersebut hadir juga, Kepala Unit IT RS Anggrek Mas Jakarta, Randy Mandala Putra, Penyanyi, Michael Jakarimilena, dan Key Opinion Leader,. Denny Abbal.
Marizka Juwita (key opinion leader), Johana Maria Phinansia (apoteker), dan Grace Moulina (Head of Marketing Communications Financial Company).
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Check Also

Dinilai Janggal, Warga Lovina Bali Diduga Korban Mafia Tanah, Laporkan Sejumlah Hakim

Warga Lovina, Buleleng, Made Jodi, melaporkan sejumlah Hakim ke Komisi Yudisial. Laporan tersebut diwakili oleh …