Hati-Hati Berita Hoaks

Puncak Jaya Papua -Hoaks menjadi sebuah ketidakbenaran yang sengaja dibuat untuk menutupi kebenaran itu sendiri. Hoaks dirancang untuk mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai dengan kepentingan pembuat hoaks. Informasi palsu ini bisa menyesatkan persepsi atau pemikiran masyarakat.
Bagi kita, hoaks dapat berdampak besar tetapi mengarah pada hal negatif. Apabila kita terus-menerus menyebarkannya maka perlahan akan meruntuhkan moral sosial. Semakin kita percaya dengan hoaks, hal ini akan menguntungkan oknum-oknum pembuat hoaks. Hoaks meningkatkan intoleransi terhadap orang yang berbeda dengan kita. Dengan demikian, berita palsu akan meningkatkan diskriminasi dan lebih mudah memprovokasi massa.
“Kalau kita terus-menerus dipenuhi berita-berita yang salah dan berada pada era post truth, maka itu akan membungkam pemikiran kritis,” ujar PRT. Paramma, kepala prodi HI USTJ Papua dalam Webinar Literasi Digital di Puncak Jaya, Papua, Jumat (26/11/2021).
Kita sekarang dibanjiri dengan informasi yang sangat banyak, sehingga mengalami post truth. Ia menjelaskan, era post truth atau dikenal dengan pasca kebenaran ialah kondisi di mana masyarakat hanya percaya informasi yang diyakini, tidak peduli apakah informasi tersebut benar atau salah. Dampak dari hal ini, hubungan sosial kita akan dipenuhi oleh rasa curiga. Polarisasi masyarakat pun akan lebih tajam, terutama pada sentimen ras, agama, dan etnis.
Hoaks bisa efektif mempengaruhi apabila kita lalai dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Jadi, kita tidak benar-benar kritis sehingga hoaks mendominasi. Selain itu, ia sangat mudah masuk apabila sesuai dengan apa yang kita percaya atau rasakan.
“Banyak sekali hoaks di sekitar kita, tetapi kita terkadang enggan untuk melawan hoaks itu. Karena hoaks kadang sejalan dengan pemikiran, sehingga kita tanpa sadar menyetujuinya,” ungkapnya.
Sebagai pengguna internet, kita berpotensi menjadi korban hoaks. Ia mengatakan bahwa kita rentan terkena hoaks, khususnya ketika disebarkan oleh orang-orang yang dekat seperti keluarga. Meski telah ada perangkat hukum yang mengatur soal hoaks pada UU ITE, kita tetap harus memiliki tameng tersendiri untuk meminimalisir akan hal tersebut. Caranya, kita harus cek kebenaran setiap informasi yang diterima. Cari informasi serupa melalui media-media yang kredibel.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Jumat (26/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Alex Iskandar (Managing Director), Ilham Faris (Digital Strategist), dan Nard Geisha (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Check Also

Mr Chen Yong. (Dok Beng)

ICBC Indonesia merelokasi cabang di Area Pantai Indah Kapuk

JAKARTA – Bank ICBC Indonesia sebagai anak perusahaan dari ICBC Limited yang merupakan salah satu …