Manggarai Timur -Usia orang tua kita yang lebih dulu lahir dengan peradaban teknologi tak sehebat yang seperti sekarang ini membuat adanya kesenjangan teknologi. Padahal banyak sekali yang harus dipelajari dalam ruang digital dalam rangka berinteraksi di media sosial di masyarakat agar produktif, termasuk soal etika.
Yohana Liberty Jumpa, Penggiat Sosial, dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis 25 November 2021 mengatakan bahwa generasi setelah orang tua perlu mengajarkan pengetahuan, skill dan etika kepada orang-orang tua kita.
“Ketika ada orang yang memposting hal-hal yang menurut norma tidak etis atau tidak sepantasnya dipost di media sosial, kerap kali orang tua tidak mengerti. Sebenarnya bukan hanya mereka mereka yang usia nonproduktif ini yang mengalaminya. Tapi banyak juga orang-orang yang belum pernah atau baru mengenal media sosial mereka baru mengenal media sosial juga melakukan hal yang sama,” ujar Yohana dalam webinar yang dipandu oleh Tony Thamrin ini.
Lebih lanjut kata Yohana tugas kita disini sebagai generasi milenial yang mengerti digital harus mengingatkan atau juga bisa memberikan pendidikan dengan cara yang santai. Kenapa harus santai dan sjangan sampai terkesan menggurui, karena kita tahu sendiri orangtua ini kadang agak sensitif.
Dalam ruang digital khususnya media sosial, ada dua ada komunikasi antara sesama baik itu satu arah atau dua arah atau bisa juga terjadi antara respon dan kita terhadap media sosial.
Hal Itu harus dicermati bagaimana kita mengenali orang atau lawan bicara kita. Pun begitu soal sharing konten atau unggahan kita semua harus menyaringnya terlebih dahulu beberapa saat sebelum menyebarkannya.
Kita bisa sharing kepada keluarga kita yang notabene adalah mereka-mereka yang termasuk dalam masyarakat non produktif orang tua atau siapapun itu, namun harus terlebih dulu dicek kebenarannya.
Selain itu orangtua juga harus kita ingatkan konteks bahasanya dan topik pembicaraannya juga. Komunikasi itu antara sesama ini penting dibahas karena jangan sampai pembicaraan kesana kemari.
Lalu yang kedua adalah respon terhadap media sosial.ini penting sekali sebenarnya yang pertama itu ketika kita ada postingan orang lain di media sosial maka yang perlu kita cek pertama itu adalah sumbernya dari mana.
“Jangan sampai pada saat orang-orang tua kita melihat berita-berita hoax bukannya ngecek sumber karena kita lupa mengingatkan tapi mereka langsung share. Sehingga kita malah membuat seakan ikut menyebarkan berita hoax. Di situlah tugas kita sebagai generasi milenial untuk mengingatkan mereka bahwa merespon media sosial itu penting untuk mengecek sumber,” jelasnya lagi.
Yang kedua adalah memilah informasi jangan langsung percaya berita-berita hoax yang sudah banyak di media sosial. Kita juga dituntut selain interaksi di media sosial respon kita terhadap media sosial tentang sumbernya harus juga memilah apakah berita itu benar-benar baik dan penting untuk disebarkan.
Sebab media sosial itu seperti pasar dan kita bebas pergi ke mana saja banyak sekali lapak yang ada di sana. Tetapi sekarang kita mau pergi ke mana ke barang yang mana ke tempat yang mana kita enggak mungkin pergi ke tempat barang yang kita suka terus mengacak-acak. Padahal bisa jadi kita tidak mau beli.
Yang harus diingat juga adalah di media sosial kalau kita suka dengan postingan seseorang harus direspon dengan baik. Di medsos banyak sekali orang yang memposting sesuatu atau memberikan komentar terhadap postingan orang lain itu. Jika kita suka, maka tak ada salahnya memberi komentar support atau like untuk memberi apresiasi.
Selain Yohana juga hadir pembicara lainnya yaitu Adji Srihandoyo, Business Development Director Koperasi Jasa Tri Capital Investama (TC Invest), M Dedy Gunawan, Ketua Bidang Koperasi dan UMKM HAPI dan Bayu Eka Sari sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
Dukung Pertanian Rumput Laut—BRI Berikan Bantuan Sarpras, Pelatihan, Hingga KUR Petani
Denpasar – BRI Regional Office Denpasar mendukung sektor pertanian khususnya pertanian rumput laut di Nusa …