Sumba Barat NTT -Perkembangan model bisnis dari tahun ke tahun berkembang sesuai kemajuan zaman. Dahulu masyarakat terbiasa dengan penjualan langsung. Mereka menjual produknya sendiri lalu pembelinya sendiri. Dan masih banyak yang melakukan ini contoh penjual kaki lima yang masih ada hingga saat ini.
Kemudian muncullah toko fisik yang membutuhkan biaya overhead dan perlu ada stok harus sewa rumah atau sewa ruko. Menurut Fendi, Founder Superstar Community Indonesia dalam Webinar Literasi Digital wilayah Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, Selasa 23 November 2021, toko fisik tersebut juga saat ini dengan perkembangan teknologi dan situasi pandemi terbilang jangkauannya terbatas oleh lokasi geografis.
“Dengan kondisi saat ini maka bermunculan lah toko online yang lebih fleksibel dan mampu beroperasi 24 jam. Jadi nonstop bapak Ibu, lalu biaya overhead lebih kecil meski masih perlu stok dan perlu melakukan pengiriman barang sesuai pesanan pembeli dan perlu mengelola situs web,” ujar Fendi dalam webinar yang dipandu oleh Jhoni Chandra ini.
Setelah periode toko online ini, lanjut Fendi, bisnis generasi berikutnya adalah platform online berbasis media sosial (social web e-commerce). Penjual dengan pembeli itu bisa bertemu dengan satu marketplace.
Dijelaskan juga oleh Fendi bahwa ada beberapa alasan UMKM harus go digital. Yang pertama adalah untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Kendala jangkauan pasar ini yang kerap dirasakan oleh para pebisnis kecil. Go digital juga dilakukan untuk meminimalisir hilangnya target pasar dan dengan pertimbangan juga karena pertumbuhan pengguna internet yang pesat.
Selain itu dengan go digital, UMKM menjadi lebih profesional dan baru di ranah industri modern seperti itu ya kualitas UMKM lebih banyak yang semakin professional. Dengan go digital juga bisa memangkas biaya operasional yang jadi lebih rendah.
“Salah satu manfaat go digital yang paling menyenangkan kita bisa menggunakan biaya operasional untuk kebutuhan yang lebih penting,” jelasnya lagi.
Salah satu tempat UMKM berpromosi dan berjualan di ruang digital adalah lewat marketplace. Marketplace merupakan pihak perantara yang mengakomodasi pihak penjual dan pihak pembeli di dalam dunia online.
Contoh marketplace semisal Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan Lazada. Masing-masing marketplace ini mempunyai keunggulan tersendiri. Contoh Tokopedia orang-orang kebanyakan menggunakan untuk membeli barang elektronik, kemudian fashion, bahan makanan dan industri.
Sementara Shopee kebanyakan adalah konsumen baju muslim, perlengkapan baju seperti itu fashion, rumah tangga, kemudian produk-produk kecantikan. Sementara Bukalapak diminati banyak konsumen elektronik, sama seperti Lazada juga itu biasanya elektronik dan fashion kurang lebih.
Selain Fendi juga hadir pembicara lainnya yaitu M Randy Mandala, Kepala Unit IT RS Anggrek Mas, Felix Djangu, S.Th Content Creator dan Fitriyani sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
Dukung Pertanian Rumput Laut—BRI Berikan Bantuan Sarpras, Pelatihan, Hingga KUR Petani
Denpasar – BRI Regional Office Denpasar mendukung sektor pertanian khususnya pertanian rumput laut di Nusa …