SIkka – Saat ini banyak perusahaan financial technology alias fintech yang menyediakan layanan pinjaman tanpa kartu kredit.
Namun, PayLater dianggap lebih efisien dan praktis karena sudah menerapkan layanan full digital, sehingga kamu bisa menggunakannya melalui smartphone.
Fitur Paylater atau konsep pembayaran “beli sekarang bayar nanti” kian populer di tengah masyarakat yang sering berbelanja online. Sistem transaksi ini digemari karena dinilai lebih praktis dan memberikan kesempatan penggunanya untuk memenuhi sejumlah kebutuhan seperti belanja online, pemesanan tiket pesawat, hotel dan lainnya dengan cepat, tanpa harus terlebih dulu menunggu uang terkumpul.
Perusahaan teknologi finansial (fintech) membuat program ini untuk memudahkan konsumen dalam membeli barang tertentu yang mungkin terlalu berat untuk dibayar secara kontan. Salah satu contohnya adalah pembelian untuk gadget ataupun alat rumah tangga.
Cara kerja cicilan tanpa kartu kredit atau PayLater sama dengan kartu kredit konvensional. Perusahaan aplikasi menalangi dulu tagihan belanja pengguna. Selanjutnya pengguna membayarkan cicilan pokok beserta bunganya.
Sebelum memutuskan untuk memanfaatkan layanan ini, kamu harus paham dulu kelebihan dan risiko cicilan tanpa kartu kredit ini. Grace M Moulina, Head of Marcomm Financial Company dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Buleleng, Bali, Senin 15 November 2021, Pay Later memiliki kelebihan dan kekurangan.
“Seperti juga aplikasi lainnya dalam teknologi digital yang memiliki kelebihan dan kekurangan, namun pemakaian Pay Later bida dikatakan aman jika kita menggunakannya secara bijaksana,” ujar Grace dalam webinar yang dipandu oleh Idfi Pancani.
ebih lanjut dikatakan Grace, meski sekilas fasilitas yabg diberikan Pay Later terbilang agak mirip dengan kartu kredit namun ada banyak perbedaannya.
Namun, lanjutnya, yang harus dipahami adalah kelebihan dan kelemahannya agar kita bisa mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari dan bisa lebih bijak memakainya jika suatu saat kita merasa membutuhkannya.
Dari sejumlah kelebihan dan kelemahan Pay Later, diantaranya adalah proses aktivasi mudah. Dan semua proses aktivasi paylater dilakukan melalui aplikasi serta proses pendaftaran dilakukan secara online biasanya dalam waktu 24 jam Pay Later bisa langsung.
Kelebihan lain adalah pilihan tenornya dengan limit terbatas maksimal 12 bulan atau setahun. Banyak juga pengguna transaksi digital memakai Pay Later karena banyak promo menarik.
“Dan selain kemudahan pembayaran pengguna ditawarkan berbagai macam promo yang hanya diberikan untuk pengguna paylater,” jelasnya lagi.
Sementara sejumlah kekurangan adalah risiko overspending atau konsumtif dari penggunanya. Kadang kita jika diberi kesempatan belanja, akan kalap sehingga pengeluaran semakin membengkak. Padahal fasilitas Pay Later yang ada adalah hutang yang harus dibayar, bukan dana lebih.
Selain itu terbukannya risiko kebocoran data dan hal ini bisa diantisipasi dengan mengganti password secara rutin dan tidak memberikan kode OTP pada orang yang tidak kita kenal.
Risiko lain adalah hutang semakin bertambah, dan ingatlah jika kita telat membayar cicilan akan dikenai denda. “Usahakan untuk membayar sebelum jatuh tempo,” tandasnya.
Soal kebocoran data juga harus jadi perhatian sebab tak ada aplikasi, platform atau fitur yang benar-benar aman walaupun kita sudah di lindungi dengan sistemnya. Sehingga kita harus disiplin diri untuk melindungi data kita secara rutin.
Karenanya hati-hati kalau kita pernah login ke aplikasi fiturnya dari gadget orang, warnet atau milik umum lainnya. Usahakan langsung logout karena aplikasi kita bisa dipakai orang lain.
Selain Grace juuga hadir pembicara lain yaitu Shella Nadia CEO Artfashion, Dr.I Made Citra Wibawa, S.Pd, M.Pd, Dosen Bidang Pendidikan IPA SD dan Chika Mailoa sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.