Lombok Timur -sosial telah menjadi wadah penggunanya untuk mengutarakan pendapat atau opini dalam bentuk tulisan, gambar hingga video. Tak jarang, hal tersebut menuai banyak komentar atau tanggapan yang pada akhirnya berpotensi memicu debat kusir.
Hal itu juga yang dipahami oleh seorang key opinion leader, Sri Rahma Dani. Berbicara dalam acara webinar Gerakan Nasional Lirerasi Digital 2021 wilayah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Rabu (10/11/2021), Rahma mengatakan bahwa potensi debat akibat sebuah postingan akan selalu ada.
Pertanyaannya, apakah itu salah muatan konten atau salah pengguna media sosial yang memberikan komentar?
“Itu bisa jadi salah konten, bisa jadi salah yang memberi komentar. Tapi andai kita sudah tau aturan misal melihat konten tidak bagus, ya kita jangan memberikan komentar karena itu akan membacing komentar lainnya,” kata Sri Rahma Dani.
Bagi warganet, unggahan kontroversial yang dimakan oleh warganet, diberi komentar dan ditanggapi, akan dianggap sebagai validasi bagi mereka yang sepahama. Akibatnya, akan banyak komentar kontra yang pada akhirnya memicu perdebatan.
“Orang-orang akan merasa banyak yang sepaham, jadi mereka akan merasa didukung. Alangkah baiknya jika temui konten yang jelek, bisa komentar pindah ke DM atau sampaikan, bisa dihapus gak sih karenkontennya salah,” kata Sri Rahma lagi.
Lebih lanjut, perempuan berhijab itu membagikan beberapa tips dan trik agar tidak terjebak dalam keributan dunia maya di media sosial.
Tips pertama adalah, jangan menjadi pribadi yang terlalu kepo. “Jangan membuat orang risih dan sadar diri jika itu bukan urusan kita, apalagi kalau cuma kenal dari media sosial,” tambahnya.
Kedua, lebih bangak lakukan kegiatan positif daripada menghabiskan waktu untuk mengomentari hidup orang lain.
“Mending diam saja lakukan kegiatan positif seperti lakukan hobi misalnya bermain sepeda.”
Ketiga, tumbuhkan rasa simpati dan empati. Sama seperti di dunia nyata, kita juga dituntun memiliki perasaan simpati dan empati di media sosial seperti mampu merasakan apa yang orang lain rasakan.
Keempat, lebih banyak intropeksi diri daripada menghabiskan banyak waktu menilai buruk orang lain.
“Seriap orang punya kelebihan dan kekurangan, hindari merasa paling tahu.”
Kelima, perbanyak pengetahuan mengenai literasi digital sebagai sarana belajar. “Percuma punya social tools canggih tapi tidak punya social skill,” pungkas Sri Rahma.
Selain Sri Rahma Dani, hadir pula dalam agenda webinar Gerakan Nasional Lirerasi Digital 2021 wilayah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Rabu (10/11/2021) yaitu Qamaril Hazhiyah Adani, General Manager PT Gifera Odo Technology, Suriadi, Ketua Lakpesdam NU Lombok Timur dan Azizah Zuhriyah, Division Head Finance TC Invest.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.