Paniai Papua -Etika merupakan hal penting yang harus selalu dijunjung tinggi, terutama saat menggunakan dunia digital. Hal tersebut dikatakan oleh Grace M Maulina, Marketing dan Communication Specialist.
Mengutip ungkapan seorang computer scientist Tim Berners Lee, Grace mengatakan bahwa, “Kita tidak bisa menyalahkan teknologi saat kita membuat kesalahan.”
Untuk itu, lanjutnya, dibutuhkan pemahaman etika digital atau netiquette oleh para netizen atau warganet.
“Netiquette adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari,” kata Grace saat berbicara dalam acara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Paniai, Papua, Selasa (9/11/2021).
Ada beberapa tujuan etika digital diantaranya seperti mencegah tindak kejahatan, melindungi keselamatan pribadi, mencegah pelanggaran hukum di dunia maya, hingga menjaga keseimbangan interaksi antar warganet.
“Selain itu juga sebagai etika berkomunikasi, etika dalam mengunggah konten dan etika dalam menyebarkan informasi,” tambahnya.
Jika etika dilanggar, maka akan ada ancaman beberapa hal seperti hacker atau tindakan peretasan data, penyebaran hoaks atau berita palsu, munculnya ujaran kebencian, perundungan digital, hingga ancaman plagiasi karya di ruang digital.
Di sisi lain, Grace juga menyoroti tentang karakter pengguna internet Indonesia, di mana sebagian besar adalah kelompok muda berusia 18 hingga 47 tahun yang kerap melontarkan komentar kasar dan provokatif.
“Survei ini dilakukan Digital Civility Index atau Indeks Keberadaban Digital tahun 2020 (pada bulan April sampai Mei 2020), tingkat kesopanan netizen Indonesia turun di angka 29 dari 32 negara dibandingkan tahun yang lalu. Netizen Indonesia dianggap paling gak sopan di Asia Pasifik,” tambahnya.
Untuk itu, Grace menekankan pentingnya etika berkomunikasi di ruang digital, laiknya berkomunikasi di dunia nyata seperti menggunakan bahasa yang sopan dan hindari terlibat dalam cyber bullying.
“Hindari kalimat yang berpotensi menciptakan konflik atau provokatif. Perhatikan penggunaan huruf, tanda baca dan emoticon saat menulis. Hindari topik terkait SARA,” tambahnya.
Selain itu, penting juga menghargai privasi orang lain dan gunakan tata karma saat bertanya kepada sesama warganet.
Selain Grace M Maulina, hadir pula dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Paniai, Papua, Selasa (9/11/2021) yaitu Andrew Paulo, Forex Trader, Rihama Gobai, Pendamping Asrama Putri Nabire se Jayapura dan Marizka Juwita sebagai key opinion leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
ICBC Indonesia merelokasi cabang di Area Pantai Indah Kapuk
JAKARTA – Bank ICBC Indonesia sebagai anak perusahaan dari ICBC Limited yang merupakan salah satu …