Ambon Maluku -Penggunaan gadget tidak bisa dilepaskan dari kehidupan keseharian kita. Selain terkoneksi dengan internet, kita juga aktif dalam bersosial media. Namun, bahayanya ialah hoaks dan dampak negatif lainnya turut serta dalam kegiatan bermedia sosial tersebut.
Hoaks akan signifikan naik dikala ada momen-momen besar skala nasional, seperti masa pemilihan, hal viral, hingga covid. Mark M. Ulfie seorang Penggiat Komunitas Kreatif menjelaskan alasan hoaks bisa tumbuh subur di Indonesia karena kita memiliki ketimpangan antara orang yang rajin membaca dan pemalas. Tidak bisa dipungkiri juga bahwa indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki banyak SDM yang minim dalam hal pendidikan.
“Ada kemalasan untuk berpikir dan menggali lebih jauh tentang apa informasi itu sehingga apapun informasinya ditelan bulat-bulat,” ujar Mark dalam Webinar Literasi Digital di Kota Ambon, Maluku, Jumat (5/11/2021).
Media sosial layaknya ruang baru yang nyata. Kita harus bertanggung jawab di dunia digital. Di samping itu, kita harus kritis dalam melihat dan menilai konten, serta pada upaya proses dan penyebarannya. Dengan itu, kita perlu menghindari hoaks dengan cara membedakannya. Hoaks umumnya menciptakan kecemasan dan bersifat provokatif. Cara paling mudah membedakannya ialah sumbernya yang tidak jelas, tidak kredibel, dan tidak bisa diverifikasi. Pesan dalam berita hoaks pun utamanya sepihak dan melibatkan tokoh-tokoh.
“Kecenderungan masyarakat Indonesia yang sukanya membaca judul kemudian memutuskan isinya sendiri, tanpa mau membaca isi berita sebenarnya. Sayabgnya makin kesini, media juga memanfaatkan judul dramatis dan hiberbola sebagai hal yang menarik pembaca,” ungkapnya.
Kebiasaan negatif malas membaca tersebut harus dikurangi dan diubah agar hoaks tidak semakin menyebar. Sebagai upaya penghentian penyebaran hoaks, kita harus mengamati berita yang memenuhi ciri berita kredibel, membaca secara detil dan seksama. Kemudian, diskusikan berita yang mengandung hal ambigu dengan pakar. Lakukan observasi terhadap berita serupa dan mencegah hoaks dengan melaporkannya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Ambon, Maluku, Jumat (5/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Alek Iskandar (Managing Director IMF Focus Digital Consultant), M. Randy Mandala (Kepala Unit IT RS Anggrek Mas Jakarta), dan Tisa (Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
Dukung Pertanian Rumput Laut—BRI Berikan Bantuan Sarpras, Pelatihan, Hingga KUR Petani
Denpasar – BRI Regional Office Denpasar mendukung sektor pertanian khususnya pertanian rumput laut di Nusa …