Mengenal Fungsi dan Risiko Fitur Face Recognition, Harus Hati-hati

Lombok Timur -Perkembangan zaman, membuat teknologi face recognition bukan suatu yang asing lagi saat ini. Teknologi ini kerap ditemukan di berbagai tempat mulai dair bandara, tempat belanja, jalanan, bahkan hingga gawai.
“Walaupun sekarang ini teknologi face recognition itu seperti teknologi dari masa depan, teknologi ini sudah muncul pada 1950-an oleh Woodrow Wilson Bledsoe, seorang matematikawan dan anli komputer dari Amerika, ” ujar M Randy Mandala, Kepala Unit IT Rs Anggrek Mas Jakarta, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital wilayah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Kamis, (4/11/2021).
Ia mengatakan bahwa face recognition sendiri punya banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya untuk urusan security atau keamanan.
“Misalnya saya untuk keamanan di bandara-bandara, atau juga misal untuk fitur keamanan di ponsel kita masing-masing,” ujar Randy dalam webinar tersebut.
Kemudian, face recognition juga bisa digunakan dalam rangka melakukan survei. Manfaat lainnya dari face recognition ialah untuk kehadiran atau attendace.
“Ada banyak perusahaan atau tempat kerja yang menggunakan sistem face recognition untuk sebagai tanda kehadiran. Jadi dengan begitu bisa mengidentifikasi karyawan secara lebih baik, dan mengurangi kecurangan pada saat absensi,” kata dia.
Selanjutnya, ia juga mengatakan bahwa fitur face recognition juga bisa digunakan sebagai authentication. Seperti misalnya fitur di Facebook yang bisa mengenali wajah seseorang hanya melalui foto yang diunggah.
“Jadi sebenernya fungsinya juga untuk pengawasan Otomatis, bertujuan untuk mengenali dan melacak orang. Kemudian, memantau CCTV untuk melacak orang hilang ataupun criminal yang tertangkap kamera CCTV,” ujar dia.
Namun, dalam teknologi face recognition ini juga menimbulkan risiko. Salah satunya ialah potensi untuk foto kita dipalsukan lewat teknologi yang dikenal juga sebagai deep fakes.
Lebih lanjut, Randy mengatakan bahwa dalam proses duplikasi dan identifikasi melalui Artificial Intelligence membutuhkan sample data yang banyak.
“Artinya semakin banyak foto kita tersebar, maka akan semakin mudah kita dikenali serta semakin mudah dan semakin mirip hasil dari deep fake,” ujar dia.
Dalam webinar tersebut juga hadir Yazid Yanwar, Founder Meraki Agency, Murah, Sekretaris Lembaga Global Institute Kabupaten Lombok Timur, dan Ichsan Colly sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Check Also

Dinilai Janggal, Warga Lovina Bali Diduga Korban Mafia Tanah, Laporkan Sejumlah Hakim

Warga Lovina, Buleleng, Made Jodi, melaporkan sejumlah Hakim ke Komisi Yudisial. Laporan tersebut diwakili oleh …