Internet Telah Jadi Kebutuhan Dasar Warga Dunia, Ini Hal Penting yang Perlu Diperhatikan!

Internet telah menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia, khusus bagi masyarakat yang tinggal di kawasan urban. Dikatakan oleh Wilhelmus Kolyaan, anggota staf TU asal Papua, saat ini masyarakat tidak bisa menjauh dari yang namanya internet, khusus media sosial. Sampai-sampai, kata Wilhelmus, media sosial seolah telah menjadi kebutuhan dasar hidup masyarakat.
“Sering kita membagikan. kegiatan kegiatan keseharian, bahkan platform menjadi tempat curhat baik itu melalui, tulisan, gambar, video, dan suara baik itu yang dibuat oleh kita sendiri dan juga buatan orang lain yang kita teruskan atau kita bagikan, Saking begitu dekatnya kita dengan internet maka, kita harus selalu waspada,” katanya.
Beribicara dalam acara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Puncak Jaya, Papua, Rabu (27/10/2021), ia mengatakan bagaimana dunia digital tak hanya memiliki guna dan manfaat tetapi juga dapat menjerumuskan ke dalam hal- hal negatif.
“Untuk itu kita perlu menjadikan diri kita paham setiap informasi yang kita dapat di internet, sehingga kita dapat memberikan informasi di internet juga secara bijak mengingat, berbagai informasi dimaksud berasal dari perseorangan dan kelompok, ini menandakan bahwa pengguna internet saat ini telah menjangkau setiap kalangan usia kelompok di seluruh dunia termasuk Indonesia,” katanya
Lebih lanjut, Wilhelmus memaparkan bagaimana saat ini, 4,5 miliar dari 7,7 miliar penduduk dunia sudah terhubung dengan internet.
“Pengguna internet di dunia mencapai 4,5 miliar orang atau penetrasi 59 persen dari total penduduk dunia. Dari sumber We are social and Hootsuit, saat ini platfrom yang paling banyak di gunakan dalam berselancar di internet adalah media sosial, dengan penetrasi 49,5 persen dari jumlah pepulasi penduduk dunia atau berjumlah 3,80 miliar penduduk dunia,” tambahnya.
Dari informasi tersebut, ia menarik kesimpulan bahwa internet bisa sangat bermanfaat dan hampir menjadi kebutuhan dasar masyarakat era digitalisasi saat ini. Kondisi ini yang kemudian memungkinkan pengguna internet mendapat banyak informasi tak terkecuali informasi palsu atau hoaks, radikalisme hingga terorisme.
Ia menyoroti bagaimana saat ini informasi yang mengandung ekstrimisme telah membanjiri dunia internet lewat berbagai platform. Konten tersebut, kata Wilhelminus, secara sadar maupun tidak sadar dapat memengaruhi kehidupan sosial dalam kehidupan nyata di luar internet.
“Karena itu kita perlu memahami dan bertindak bijak menanggapi informasi informasi tersebut, hal ini dikarenakan informasi tersebut dapat menjadi bumerang yang kapan saja bisa menghancurkan kehidupan kita sendiri dan orang lain,” tambahnya.
Terakhir, Wilhelmus menutup paparannya dengan menyarankan agar warga internet atau warganet untuk selalu bijak dalam berselancar di digital. Ia juga sangat menekankan pengintingnya menjaga etika dan tidak mengumbar informasi pribadi.
“Dalam bersosialisasi tentunya kita harus selalu memperhatikan etika, termasuk bersosialisasi melalui media sosial. Citra diri akan dikaitkan dengan apa yang kamu bagikan dan apa yang kamu tulis. Jadi tetap jaga etikamu sebaik mungkin,” katanya.
“Selain itu secara tidak sadar kita selalu mengunduh informs pribadi kita seperti, aktivitas keseharian kita, permasalahan yang sedang kita hadapi, kegiatan bersama teman teman, nomor HP kita, KTP, Alamat tempat tinggal dan lain lainnya yang sifatnya pribadi. Hal ini sangat berbahaya karena akan dimanfaatkan oleh orang orang yang tidak bertanggungjawab,” pungkasnya.
Selain Wilhelmus Kolyaan, hadir pula dalam acara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Puncak, Papua, Rabu (27/10/2021) yaitu Ilham Faris, Digital Strategist, Fajar Sidiq, Zinizter dan Podcaster serta Nard Geisha sebagai key opinion leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Check Also

Dukung Pertanian Rumput Laut—BRI Berikan Bantuan Sarpras, Pelatihan, Hingga KUR Petani

Denpasar – BRI Regional Office Denpasar mendukung sektor pertanian khususnya pertanian rumput laut di Nusa …