Pentingnya Memahami Multikulturalisme

Biak Numfor -Pada hakikatnya, Indonesia adalah negara heterogen yang terdiri dari banyak suku bangsa. Setiap suku bangsa punya budaya dan karakter masing-masing karena itu kita disebut sebagai masyarakat multikultural.
Multikulturalisme adalah pemahaman di mana masyarakat atau individunya mengakui dan menghargai perbedaan. Tidak hanya mengenai suku dan ras, perbedaan ini termasuk, prinsip, nilai individu, cara pandang, dan pandangan politik seseorang. Sementara ruang digital adalah fasilitas atau fitur dari teknologi yang terkoneksi dengan internet.
“Seiring perkembangan dan kemajuan teknologi, ruang digital berkembang menjadi wadah berekspresi. Ruang digital ini memiliki karakteristik dan keunggulan yang perlu dipahami,” tutur Tiara Maharani, penulis dan koresponden Indonesia untuk TTG Asia, dalam Webinar Literasi Digital di Kabupaten Biak Numfor, Papua, Rabu (27/10/2021).
Pertama, borderless jadi siapapun bisa masuk dan menggunakan internet yang tanpa sekat dan tanpa jarak. Kedua, accesibility yaitu setiap orang bisa mengakses dan terhubung di internet. Sekarang dalam hitungan detik kita bisa tahu informasi terkini dari wilayah yang berbeda. Ketiga, dinamika dan kecepatan pertukaran informasi. Keempat, interactivity yaitu adanya interaksi dengan mudahnya meski berada di tempat jauh dan berbeda. Kelima, blur identity karena saat ini banyak akun alter atau samaran yang beredar di media sosial.
“Kalau kita tidak punya pemahaman multikulturalisme, pasti akan terjadi permusuhan, konflik, atau perdebatan tidak penting. Akhirnya akan membuat indonesia terpecah belah,” ungkapnya.
Selain itu, adanya disrupsi digital dalam penggunaan internet, lama-kelamaan akan meredupsi prinsip dan budaya yang kita punya. Secara tidak langsung, pelan-pelan budaya kita bisa terkikis kalau kita tidak kokoh dengan pemahaman budaya dan literasi digitalnya. Hal ini berpotensi menjadikan bangsa kita bisa kehilangan jati diri.
Dewasa ini banyak netizen Indonesia yang sudah terkontaminasi dengan budaya asing di internet, seperti budaya Korea, India, dan lain-lain. Lama kelamaan masyarakat akan menyerap budaya asing yang dan lupa dengan karakter masyarakat Indonesia yang sebenarnya. Dari penelitian Microsoft mengenai kesopanan masyarakat Indonesia yang rendah, itu juga mencerminkan bahwa karakter multikultral masyarakatnya perlahan hilang.
“Kita harus menjaga dan menghidupkan kembali Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital. Ini bukan sekedar kata yang ada di Burung Garuda. Bhinneka Tunggal Ika itu karakter indonesia yang berdasarkan keanekaragaman suku dan heterogenitasnya,” jelasnya.
Tiara mengatakan, Bhinneka Tunggal Ika punya prinsip dan nilai-nilai yang harus diterapkan di ruang digital. Pertama, common denominator yang mengajarkan kita untuk mencari persamaan dari perbedaan. Perbedaan bukan untuk memisahkan, tetapi justru membangkitkan kebersamaan. Kedua, bersifat eksklusif hal ini berarti tidak diskriminatif dan mengedepankan kesetaraaan. Ketiga, tidak formalistis yakni bangsa Indonesia bersifat universal dan menyeluruh sehingga bisa merangkul siapa saja. Keempat, bersifat konvergen jadi keanekaragaman bukan untuk dibesar-besarkan, tetapi mencari titik temunya.
Cara mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika dengan mempraktekannya di ruang digital. Kalau kita bisa menerima perbedaan dan terbuka, kita bisa mentoleransi perbedaan, serta menganggap orang lain setara. Hal yang perlu diingat, pengguna internet bukan kita sendiri. Karena itu, coba kita terima perbedaan dan toleransikan sesuai dengan nilai-nilai yang ada di indonesia.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Biak Numfor, Papua, Rabu (27/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Dedy Triawan (CEO MEC Indonesia), Dayu Rifanto (Pendiri Buku untuk Papua), dan Ichsan Colly (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Check Also

Dari The Apurva Kempinski Bali ke Paris, Kadek Sumiarta, Chef muda Mewakili Poweful Indonesia di Panggung Internasional.

NUSA DUA – I Kadek Sumiarta, seorang kuliner profesional dari The Apurva Kempinski Bali merupakan …