Yahukimo Papua -Berdigital masih memiliki kesinambungan dengan berjejaring dan terkoneksi melalui internet. Saat berjejaring ada proses saling bertukar informasi. Terhubung dalam jaringan berpotensi untuk kita saling berkomunikasi oleh orang yang dikenal dan tidak dikenal.
Orang-orang yang sebelumnya tidak kenal dan saling terhubung di dunia maya melalui media-media yang kita gunakan. Ketika kita terhubung secara daring itu berarti kita memahami bahwa terdapat latar belakang yang berbeda antar masing-masing penggunanya. Penting sekali untuk kita memahami etika digital agar tidak terjadi kesalahpahaman karena perbedaan-perbedaan tersebut.
“Ketika kita enggak bawa etika digital di dalamnya. Bisa berdampak negatif dan berpotensi menimbulkan kerusuhan seperti kejadian di Papua beberapa tahun lalu,” tutur Angelica Senggu, Penyiar Radio dan Station Manager Radio Swaranusa Bahagia dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Yahukimo, Papua, Senin (25/10/2021).
Di masa itu, kerusuhan timbul karena postingan yang sederhana tetapi mengandung rasisme. Apabila kita mengangkat sesuatu yang menyentuh konflik ras atau agama, bisa berpotensi adanya pertengkaran dan konflik. Karena itu, dibanding kita mengangkat sesuatu yang negatif, lebih baik kita menampilkan dan mengangkat hal-hal positif di media kita.
Angel menyampaikan, kita sebagai warganet sering tidak sadar bahwa curhatan di medsos bisa saja menimbulkan luka bagi orang lain. Selain itu, kita terutama anak-anak muda senang sekali menanggapi atau berkomentar pada postingan yang negatif dan provokatif. Angel pun turut menyampaikan bahwa akun media sosial kita memang milik pribadi, akan tetapi tidak dengan postingan-postingan di dalamnya karena semuanya bisa disaksikan secara publik.
“Media sosial bisa jadi bumerang di masa depan. Jadi, jangan pikir bahwa media sosial adalah tempat curhat terbaik. Karena media sosial adalah gambar pribadi diri dan representasi identitas kita. Sesuatu yang menjadi privasimu disimpan sendiri, jangan jadi konsumsi publik,” imbaunya.
Di era digital ini, perlu diingat bahwa jari kita yang menentukan apa yang ingin dikatakan dan disampaikan kepada publik. Sebaiknya, jari-jari kita digunakan untuk hal-hal baik dan positif, seperti gerakan kemanusiaan. Ia menuturkan, jari kita bisa menjadi kekuatan ketika hal positif bisa kita gerakkan. Jadikanlah jari kita media untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan damai.
elain itu, di ruang digital kita harus menghargai dan menghormati pengguna lain. Kemudian, cek kebenaran setiap informasi, dan mampu menempatkan diri dengan bijak. Menempatkan dan merespon postingan seharusnya tidak boleh didasari oleh ikut-ikutan semata, karena postingan di media sosial menggambarkan diri kita di dunia nyata.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Yahukimo, Papua, Senin (25/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Gebryn Benjamin (Lead Creative Strategy Frente Indonesia), Ody Waji (CEO Waji Travest), dan Sri Rahma Dani (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
Dukung Pertanian Rumput Laut—BRI Berikan Bantuan Sarpras, Pelatihan, Hingga KUR Petani
Denpasar – BRI Regional Office Denpasar mendukung sektor pertanian khususnya pertanian rumput laut di Nusa …