Memahami Multikulturalisme dan Cara

Sumba Barat daya -Menyebarkan Budaya dalam Ruang Digital
Sejarah negara Indonesia terbentuk di atas perbedaan budaya. Budaya adalah gagasan dan rasa, tindakan dan karya yang dihasilkan dalam kehidupan masyarakat. Adanya budaya menandakan bahwa kita menjadi bagian dari masyarakat multikultural karena banyaknya budaya yang dimiliki.
“Apa yang kita lakukan setiap hari itu sebenarnya adalah budaya. Tindakan-tindakan yang kita lakukan itu merupakan budaya,” jelas Dionisius Niko Pale, Wiraswasta/Penggiat Literasi dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Selasa (19/10/2021).
Selain toleransi, multikulturalisme berarti juga mengakui dan menerima adanya budaya lain. Dionisius menjelaskan, secara hakiki dalam multikulturalisme terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaan masing-masing yang unik.
“Ketika membicarakan multikulturalisme tidak hanya sekedar bicara soal toleransi. Tetapi bagaimana kita mengakui jumlah suku, bahasa, agama, dan aliran kepercayaan. Untuk menjaga agar tidak saling menghakimi, kita harus memahami budaya setiap suku atau daerah,” tuturnya.
Ia memaparkan, bentuk budaya ini ada praktik, profuk, dan perspektif. Praktik ini mewakili ilmu pengetahuan tentang “apa yang harus dilakukan, kapan, dan dimana” serta bagaimana seseorang berinteraksi dalam budaya tertentu. Produk adalah kreasi berwujud atau tidak berwujud dari budaya tertentu. Perspektif mencerminkan hal-hal filosofis terkait makna, sikap, nilai, keyakinan, dan gagasan yang mendasari praktik dan produk budaya.
Dalam dunia digital, berarti kita memasuki wilayah global tanpa sekat. Budaya pun bisa denagn mudahnya masuk bahkan hilang. Oleh karena itu, ketika memposting sesuatu kita harus lebih berhati-hati. Dionisius mengatakan, apabila ada budaya yang kita posting dan tidak untuk dipublikasikan, kita harus meminta izin terlebih dahulu, dan memahami budaya tersebut. Di samping itu, ruang digital memudahkan sebuah budaya keluar dan masuk, bahkan tercampur di dalam sebuah platform. Untuk menghadirkan dan mengenalkan budaya di ruang digital, kita bisa melakukan berbagai kegiatan seni, menggelar pameran, dan berpartisipasi dalam mendistribusikan budaya secara online ke berbagai platform.
“Hari ini kita harus mempunyai konten-konten tentang budaya untuk memperkenalkannya di platform digital baik budaya kita maupun budaya orang lain. Hindari pelecehan SARA, pornografi, dan kekerasan,” ungkapnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT, Selasa (19/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Gebryn Benjamin (Lead Creative & Marketing Stategy), Nico Oliver (Penggiat Digital & Content Creator), dan Masra Suyuti (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Check Also

Dukung Pertanian Rumput Laut—BRI Berikan Bantuan Sarpras, Pelatihan, Hingga KUR Petani

Denpasar – BRI Regional Office Denpasar mendukung sektor pertanian khususnya pertanian rumput laut di Nusa …