Ini Tips Menciptakan Budaya Disiplin di Rumah

Timor Tengah Selatan -Mengatur penggunaan gadget terhadap anak menjadi salah satu momok yang paling menyulitkan di saat ini. Sebab anak dan gadget sudah menjadi layaknya dua hal yang terbiasa kita lihat sehari-hari.
Apalagi di tengah pandemi, penggunaan gadget untuk anak tak hanya sekedar hiburan dan berinteraksi di dunia maya tetapi juga untuk sarana belajar daring.
Menurut Yulia Dian, Social Media Specialist dan Content Creator, dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Jumat 22 Oktober 2021, cara paling gampang untuk menciptakan pendekatan pada anak adalah menciptakan budaya di dalam rumah.
“Menciptakan budaya di dalam rumah menjadi hal utama untuk anak, pendekatan yang pertama adalah bangun kepercayaan, disiplin, pembiasaan, rutinitas yang nantinya akan menjadi budaya,” ujar Yulia Dian dalam webinar yang dipandu oleh Yulian Noor ini.
Lebih lanjut dikatakan Dian bahw untuk mendisiplinkan anak yang pertama harus disiplin adalah orangtuanya sendiri.
“Agar anak disiplin, kita juga harus disiplin semisal tiap hari boleh pegang ponsel berapa jam saja. Main game 2 atau 3 jam itu disiplin yang diterapkan. Atau pembiasaan boleh main 3 jam tapi malam saha dengan pendampingan,” imbuhnya.
Hal ini nantinya akan menjadi rutinitas baik anak maupun orangtua. Dan setelah rutinitas akan menjadi budaya. Sehingga nantinya tanpa disuruh lagi atau tanpa diperintah lagi menjadi hal yang biasa dan menjadi budaya dalam rumah.
Budaya disiplin ini penting untuk mengawasi penggunaan gadget pada anak guna meminimalisir dampak negatif yang timbul dari pesatnya perkembangan teknologi digital khususnya maraknya perkembangan media sosial.
Sebab menurut sebuah survei sebagian besar atau 51% orangtua khawatir tentang keamanan digital anak. Dalam survei Google, Trust and Safety Freeze ada tiga kekhawatiran terbesar orang tua saat ini yaitu keamanan informasi anak, interaksi anak di internet dan konten yang dikonsumsi anak.
Ada sejumlah ancaman penggunaan internet pada anak yaitu menyebarnya hoax, radikalisme, penipuan, pornografi trafficking, bullying, protistusi, SARA, ujaran kebencian, Narkoba dan lain-lain. Bahaya itu ada dimana-mana semisal di dalam chat, di kolom chat game online pun bahaya ini nyata semisal penggunaan kata kasar yang terbiasa.
Sementara anak merupakan pecontoh yang ulung tapi lugu kadang tidak mengerti bahwa hal tersebut kasar atau tidak pantas diucapkan. Kejahatan lain adalah modus-modus asmara di medsos, saat anak didekati oleh orang ternyata orang jahat yang intens ngechat online anak kita.
Selain Yulia Dian jiga hadir pembicara lain yaitu RM.Milikhiur Tamelab Pr.S.Fil, Kepala SMP Katolik St. Aloysius Niki Niki, Alex IskandarMBA, Managing Director IMFocus Digital Consultant dan Chika Mailoa sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Check Also

Dinilai Janggal, Warga Lovina Bali Diduga Korban Mafia Tanah, Laporkan Sejumlah Hakim

Warga Lovina, Buleleng, Made Jodi, melaporkan sejumlah Hakim ke Komisi Yudisial. Laporan tersebut diwakili oleh …