Waspada Kecanduan Menonton Film Bisa Depresi dan Gangguan Kecemasan

Lombok Barat -Remaja termasuk dalam kelompok usia yang rentan mengalami kecanduan internet. Dari hasil penelitian diketahui sebanyak 31,4% remaja mengalami kecanduan internet.
Hal itu diungkapkan oleh Yazid Yanwar, Founder Meraki Agency dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Selasa 19 Oktober 2021. Yazid mengatakan bahwa ada sejumlah ciri-ciri orang mengalami kecanduan internet. Di antaranya adalah biasanya pikiran hanya fokus ke internet saja dan tidak berinteraksi dengan lingkungan sosial.
“Selain itu orang-orang yang kecanduan internet kerap melupakan tanggung jawab dan memiliki gangguan emosi,” jelas Yazid dalam webinar yang dipandu oleh Tony Thamrin ini.
Yang juga patut diwaspadai adalah fenomena kecanduan pornografi juga bisa terjadi pada anak dan remaja. Karena internet menjadi salah satu sumber terbesar dimana anak dan remaja mendapatkan akses pornografi sehingga wajar akhirnya menjadi adiksi.
“Anak-anak dan remaja mudah kecanduan pornografi dan akibatnya sangat berbahaya karena mereka berpotensi mencontoh. Setelah mencontoh bisa menjadi pelaku kejahatan seksual bila tidak mampu mengendalikan dorongan dan syahwat seksualnya,” bebernya lagi.
Selain itu dari hasil penelitian juga ada lagi fenomena kecanduan film. Dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa kecanduan film didasari oleh motif motif yaitu mengejar ketinggalan, atau untuk mengikuti, untuk relaksasi.
“Yang berikutnya rasa penyelesaian inklusi budaya meningkatkan pengalaman menonton. Dalam hasil penelitiannya Steiner 2018 menemukan bahwa kebanyakan orang yang mengalami kecanduan film melaporkan bahwa mereka termotivasi untuk menonton episode-episode tema dan musim musim film secara berurutan sebelum perilisan rilis baru,” ungkapnya.
Adapun efek negatif kecanduan film bagi kesehatan bisa menjadi depresi dan kecemasan, masalah kesehatan punggung dan kekurangan oksigen . Hal ini terjadi karena kita cuma duduk saja dan kurangnya aktivitas fisik.
Sementara banyak anak anak dan remaja yang juga kecanduan game online karena keasikan, penggunaan berlebihan (overuse), larut, isolasi sosial (social isolation), konflik interpersonal dan penarikan diri (withdrawal).
Ciri-ciri mengalami kecanduan game online:
•gelisah dan tidak nyaman bila tidak bermain game.
•seseorang yang tidak bisa mengendalikan kebiasaan bermain game
•seseorang mulai memprioritaskan game atas keinginan
•seseorang terus bermain game meskipun ada konsekuensi negatif yang jelas terlihat.
Selain Yazid pembicara lain yang ikut berbagi wawasan tentang pentingnya Literasi Digital adalah Dr. Arif Rahman, M.Pd, Ketua Yayasan Pendidikan YAPPENA dan DIrektur Pendidikan IMISs, Adinda Atika VP Business Development dan Tisa sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Check Also

Dukung Pertanian Rumput Laut—BRI Berikan Bantuan Sarpras, Pelatihan, Hingga KUR Petani

Denpasar – BRI Regional Office Denpasar mendukung sektor pertanian khususnya pertanian rumput laut di Nusa …