Teluk Bintuni -Era digital membawa sejumlah perubahan tidak hanya pada aspek gaya hidup masyarakat, tapi juga pengenalan budaya-budaya baru. Lewat internet, kita terpapar dengan banyaknya suku, agama, ras, budaya, kesenian, dan adat-istiadat dari seluruh wilayah tak hanya di Indonesia, tapi juga dunia.
Alaika Abdullah, seorang virtual assistant dan digital content creator, mengatakan era digital membuka jendela kita untuk melihat indahnya perbedaan-perbedaan yang ada.
“Dengan terhubung ke dunia luar, maka kita akan melihat bahwa betapa banyak dan beragamnya budaya yang ada di dunia ini. Kita juga menambah wawasan akan adanya perbedaan budaya, sekaligus menjadi pengingat bahwa penting bagi kita untuk saling menghargai,” tutur Alaika, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Teluk Bintuni, Papua Barat, Kamis 14 Oktober 2021.
Lalu apa itu multikulturalisme? Alaika menjelaskan bahwa secara istilah, multikulturalisme adalah pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia.
Secara lebih lengkap, multikulturalisme adalah pandangan dunia dalam kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Ia mencontohkan di Indonesia, dengan banyaknya suku bangsa yang tersebar di ribuan pulau, tentunya memiliki budaya dan adat yang berbeda. Keragaman budaya yang dimiliki Indonesia adalah sebuah kelebihan yang seharusnya dapat dijadikan aset promosi dalam bentuk warisan leluhur di bidang kebudayaan dan kesenian.
“Yang terpenting, keragaman budaya Indonesia seharusnya dijadikan alat pemersatu bangsa, sesuai dengan semboyan negara kita Bhinneka Tunggal Ika,” tutur Alaika.
Di tengah ancaman masuknya budaya asing dari luar negeri, Indonesia tidak boleh kehilangan jati dirinya. Untuk itu, perlu sekali masyarakat terutama generasi muda memiliki kebanggaan akan budaya Indonesia dan membagikannya kepada dunia.
Di era digital, konsep multikulturalisme dilakukan dengan membangun dan mempertahankan keindahan budaya-budaya tersebut. Maka dari itu, penting sekalig melakukan sosialisasi konsep multikulturalisme di ranah digital, menggunakan internet dan media sosial.
“Misalnya, dengan memperbanyak publikasi konten tentang Indonesia, termasuk keseniannya, baju daerah, tarian daerah, tradisi, dan lain-lain di media sosial,” terang Alaika lagi.
Dalam webinar kali ini hadir juga Astrid Finnia (Manageing Director PT Astrindo Sentosa Kusuma), Dalyanto (Aparatur Sipil Negara), dan Reza Aditya (key opinion leader).
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
Dinilai Janggal, Warga Lovina Bali Diduga Korban Mafia Tanah, Laporkan Sejumlah Hakim
Warga Lovina, Buleleng, Made Jodi, melaporkan sejumlah Hakim ke Komisi Yudisial. Laporan tersebut diwakili oleh …