Bima -Banyak hal bisa membuat sedih, mulai dari kehilangan orang tercinta hingga kehilangan harta benda. Namun dalam sebuah survei disebutkan, kehilangan gadget masuk dalam 10 besar insiden yang dapat membuat masyarakat modern saat ini merasa sedih.
Kehilangan gadget sendiri berada di posisi kedua, persis di bawah kehilangan anggota keluarga yang ada di posisi pertama.
“Dari 10 besar insiden yang membuat masyarakat modern sedih, kehilangan gadget ada di nomor dua. Ini karena kita sudah tergantung sekali dengan gadget,” kata Yazid Yanwar, Founder Meraki Agency, saat berbicara dalam acara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Rabu (13/10/2021) lalu.
Lebih lanjut, kehilangan data digital yang sudah diback-up juga telah menjadi faktor yang dapat membuat masyarakat modern bersedih, dengan bertengger di posisi ketiga.
Selanjutanya, putus cinta ada di posisi keempat dan, tak kalah mengejutkan, akun media sosial di-hack menempati posisi kelima.
“Kehilangan data digital yang sudah diback-up dan akun media sosial di-hack, itu dapat menjadi kesedihan karena ketergantungan kita terhadap sebuah gadget dan internet,” lanjutnya.
Ini, kata Yazid, cukup menarik karena tiga dari lima insiden membuat sedih masyarakat modern dipenuhi dengan isu dunia digital. Belum lagi rasa sedih akibat kehilangan kontak berupa nomor telepon yang berada di posisi keenam.
Hal itu sedikit banyak telah menjadi bukti kuat bahwa masyarakat modern sudah sangat ketergantungan dengan perangkat digital dan internet secara keseluruhan. Ada beberapa contoh kecanduan internet atau adiksi internet. Misalnya penggunaan internet berlebihan akibat kurangnya kemampuan dalam pengendalian diri.
Kecanduan internet juga dapat mengganggu fungsi sehari-hari mulai dari mengganggu pekerjaan hingga jadwal tidur. “Ada juga gangguan tidur karena saking asyik bermain gadget sampai lupa waktunya tidur,” tambahnya.
Di sisi lain, Yazid juga menekankan bahaya laten kecanduan gadget atau internet pada anak. Beberapa di antaranya adalah kurangnya interkasi dalam keluarga, kurang rasa empati dan berpotensi jadi lebih agresif, risiko alami gangguan kognitif dan gangguan tidur, dan maraknya konten negatif di internet.
“Kehidupan anak sudah pada gadget mereka, kehidupan sosial mereka di internet. Mereka jadi kurang interaksi dan anak jadi kurang bertanya kepada orangtua tentang informasi apa yang mereka butuhkan. Mereka cukup mencari tahu di internet,” tambah Yazid.
Selain Yazid Yanwar, Founder Meraki Agency, hadir pula dalam acara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat, Rabu (13/10/2021) yaitu Tiara Maharani, Writer-correspondent Indonesia untuk TTG Asia, Ir. Juhda, KABID Bina Lattas dan HI Disnakertans Kabupaten Bima dan Bayu Eka Sari sebagai key opinion leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
Dari The Apurva Kempinski Bali ke Paris, Kadek Sumiarta, Chef muda Mewakili Poweful Indonesia di Panggung Internasional.
NUSA DUA – I Kadek Sumiarta, seorang kuliner profesional dari The Apurva Kempinski Bali merupakan …