Badung Bali -Menurut sejumlah survei yang dilakukan terhadap perilaku pengguna internet di Indonesia, ada fakta bahwa waktu yang dihabiskan orang Indonesia di depan internet itu tak beda jauh dengan waktu tidur rata-rata orang Indonesia sekitar 9 jam.
Hal itu artinya kita telah menghabiskan sebagian besar waktu efektif kita di depan internet. Karenanya kita harus tahu batasannya sejauh mana.
Dikatakan oleh Luh Putu Budiarti, SH, HRD Supervisor Politeknik Internasional Bali dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Badung, Bali, Senin 11 Oktober 2021, jangan sampai waktu yang kita habiskan itu menjadi kelebihan dan kecanduan.
“Banyak terjadi, yang seharusnya kita bangun tidur minum air putih kita malah mencari ponsel,” ujar Luh Putu dalam webinar yang dipandu oleh Idfi Pancani ini.
Penggunaan internet kian meningkat sejak pandemi menghantam, dimana kebutuhan digitalisasi semakin meningkat terutama untuk pembelajaran. Sebab sebagian besar siswa masih belajar dari rumah.
“Masa pandemi adalah masa-masa transisi dan kita harus bisa beradaptasi kalau kita tidak pintar digitalisasi kita tidak cakap digital, otomatis kita bisa tidak bisa untuk mengikuti perkembangan zaman,” imbuhnya lagi.
Selain itu kita dituntut untuk bisa belajar, bisa kerja dari rumah karena kita tidak bisa langsung bertatap muka di sekolah atau pun di kantor. Jadi kita harus menemukan cara bagaimana agar kita bisa meningkatkan dengan cara kita meningkatkan kecakapan internet dan tugas-tugasnya.
Pada awal pandemi, orang-orang yang kesulitan untuk menggunakan fitur aplikasi internet, seperti zoom, google meet, dan lainnya. Namun seiring waktu, manusia beradaptasi sehingga saat ini kita sudah terbiasa dan bisa memanfaatkan internet untuk kebutuhan. Bahkan, banyak masyarakat yang mulai menyadari bahwa internet punya dua sisi punya positif atau pun sisi negatif.
“Jadi seperti pisau bermata dua jadi bagaimana cara kita mengetahui dan bisa memilah yang mana yang baik dan yang mana yang buruk,” jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa hasil penelitian per Januari 2020 ada hampir 7,75 miliar jumlah populasi kurang lebih dan yang sudah memiliki gadget sekitar 5,19 billion. Bahkan uniknya lagi kalau misalnya kita sadar bahkan anak kecil TK pun sudah ada yang diberikan handphone oleh orang tuanya.
Untuk yang injection berkontribusi dalam sosial media kurang lebih ada 87% dan rata-rata pengguna sosial media ini Januari 2020 sebelum konflik yaitu 2 jam 24 menit rata-rata penggunaannya.
Dulu karena kita bisa beraktivitas dengan normal jadi bermedia sosial itu karena sekarang pandemi, salah satu cara untuk berinteraksi dengan teman-teman kita yaitu dengan sosial media. Rata-rata penggunaan sosial media internet yaitu 8,6 dan yang terakhir persentase penggunaan internet di media sosial yang tujuannya untuk bekerja atau influencer atau bisnis atau olshop itu ada 43%.
Jumlah pengguna internet juga media sosial memang semakin meningkat saja. Harus dipikirkan juga bagaimana menciptakan internet yang sehat. Internet sehat adalah cara berperilaku yang beretika saat mengakses suatu informasi dari internet baik browsing chatting social media upload dan download secara tertib, baik dan beretika sesuai norma norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.
Selain itu juga pengguna internet yang sehat tidak melakukan aktivitas internet melanggar hukum seperti pelanggaran hak cipta ilegal hacking dan mengakses konten ilegal situs dewasa.
“Sekarang itu ada beberapa netizen yang berkomentar negatif misalnya body shaming anaknya atau orang tuanya dan hal ini harus dihindari karena jika memang kita ingin berinteraksi di internet dengan sehat kita harus mulai dari awal dan harus merubah mindset untuk selalu melakukan hal yang baik baik di dunia nyata dan di dunia digital.”
Selain Luh Putu juga hadir pembicara lainnya yaitu Yulia Dian Chandra Kusuma, Social Media Specialist, Astried Finnia Ayu Kirana, Managing Director PT Astrindo Sentosa Kusuma dan Sri Rahma Dani sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
Dari The Apurva Kempinski Bali ke Paris, Kadek Sumiarta, Chef muda Mewakili Poweful Indonesia di Panggung Internasional.
NUSA DUA – I Kadek Sumiarta, seorang kuliner profesional dari The Apurva Kempinski Bali merupakan …