Lombok Tengah -Jaman dahulu ada istilah ‘Guru Killer’ untuk seorang guru yang disegani para siswa karena disiplin. Meski guru ‘killer’ pernah jadi modal utama untuk mendidik generasi baby boomers, hal tersebut tidak lagi berlaku untuk anak-anak generasi alpha.
Menurut Alaika Abdullah Virtual Assistant & Digital Content Creator dalam Webinar Literasi Digital yang wilayah Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jumat 8 Oktober 2021, untuk generasi Alpha yang ada setelah generasi Z metode pembelajaran yang perlu dimiliki tidak lagi berdasarkan pada doktrin dari atas ke bawah.
“Generasi saat ini khususnya generasi Alpha membutuhkan guru yang memiliki sikap dasar jauh dari kekerasan, karenanya guru killer bukan zamannya lagi,” ujar Alaika dalam webinar yang dipandu oleh Kika Ferdind ini.
Ditambahkan oleh Alaika bahwa ada sejumlah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh para guru untuk generasi Alpha, di antaranya harus kreatif dan open minded.
“Generasi Alfa juga membutuhkan guru-guru yang open minded berpikiran terbuka dan menjunjung tinggi kolaborasi,” imbuhnya.
Sementara metode belajar anak gen Alpha lebih cenderung untuk eksploratif dan komunikatif, serta memiliki kemampuan public speaking yang baik.
Seperti diketahui generasi Alpha anak-anak yang lahir di antara di rentang tahun 2010 sampai 2025 usianya berarti 0 hingga 11 tahun. Untuk karakteristiknya belum terbukti namun diprediksi lebih canggih inovatif lebih terbuka dan transformatif. Saat ini persentase dari mereka adalah 10,88%.
Hingga sekarang mereka tumbuh dalam masyarakat yang beragam sehingga lebih toleran dan berpikiran terbuka. Untuk itulah guru untuk generasi ini harus memahami digital ethic sehingga mampu mengedukasi, mengingatkan, dan merangkum peserta didik untuk menjadi masyarakat digital yang santun cerdas dan bertanggung jawab.
Selain itu guru generasi ini juga harus memahami digital safety sehingga mampu mengidentifikasi dan mengingatkan peserta didik untuk bermain belajar dan memanfaatkan internet secara aman nyaman dan bermanfaat.
Juga mampu memahami digital kultur sehingga mampu mengedukasi dan mengingatkan peserta didik untuk apresiatif terhadap budaya bangsa dan juga menerapkannya di dalam kehidupan digital.
Selain Alaika, sejumlah pembicara lain yang turut hadir dalam webinar yang sama adalah M. Randy Mandala, IT RS Anggrek Mas, Sadip Indra Irawan Sayuti M.Hum, Ketua LP2M IAI Qomarul Huda Lombok Tengah dan Marizka Juwita sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
Dinilai Janggal, Warga Lovina Bali Diduga Korban Mafia Tanah, Laporkan Sejumlah Hakim
Warga Lovina, Buleleng, Made Jodi, melaporkan sejumlah Hakim ke Komisi Yudisial. Laporan tersebut diwakili oleh …