Jayawijaya -Seiring dengan perkembangan teknologi digital, situasi tersebut juga menciptakan bentuk-bentuk baru dari pelecehan. Sayangnya, seringkali banyak korban yang tidak mengenalinya dan tidak tahu bagaimana mesti bersikap.
“Jadi seiring dengan berkembangnya teknologi, pelecehan juga bisa merambah ke dunia digital dan bisa terjadi kepada siapa saja,” ujar relawan kemanusiaan dan konten kreator, Nannette Jacobus dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital wilayah Jayawijaya, Papua, Kamis, (7/10/2021).
Untuk itu ia memberikan saran bagi korban pelecehan seksual dunia untuk bisa bersikap dan bersuara. Langkah pertama yang harus dilakukan ialah berani melawan.
“Jadi kalau memang situasinya memungkinkan lawan intimidasi manipulasi lalu kumpulkan keberanian untuk melaporkan kejadian,” ujar Nanneette.
Namun, jika situasinya tidak memungkinkan ia menyarankan untuk mencari tempat aman. Setelah merasa aman, baru cari dukungan orang di sekitar.
“Kita bisa cari dukungan baik dari orang terdekat maupun pihak berwenang,” ujar Nannette.
Jika pelaku masih terus mengintai lewat sejumlah platform digital, ia menyarankan untuk istriahat sejenak. Nannette menyarankan untuk berhenti menggunakan media sosial untuk sementara waktu.
Sebelumnya, ia juga mengatakan bahwa ada sejumlah pelecehan seksual yang paling marah terjadi di dunia digital. Adapun pelecehan itu mulai dari sexting, body shamming hingga scammer.
“Jadi Sexting atau sex texting merupakan aktivitas mengirimkan atau mengunggah konten intim tanpa adanya persetujuan dari kedua belah pihak. Contoh bentuk sexting yang merupakan pelecehan adalah mengirim foto telanjang, setengah telanjang, atau teks bermuatan seksual,” kata Nannette.
Kemudian, yang juga banyak dialami oleh korban ialah mendapatkan body shaming. Nannette menjelaska yang dimaksud boddy shamming sendiri ialah memberikan komentar buruk terhadap unggahan dan kondisi fisik seseorang juga merupakan bentuk pelecehan seksual.
“Kemudian pelecehan seksual juga bisa terjadi dengan niat melakukan penipuan lewat aplikasi kencan. Modusnya, pelaku membuat profil palsu dengan cerita yang menarik simpati, kemudian membangun kepercayaan korban untuk akhirnya meminta uang,” kata Nannette.
Dalam webinar kali ini hadir juga Frans A. Asmuruf, Dosen FMIPA, Adji Srihandoyo, Business Development Koperasi Jasa Tri Capital Investment, dan Nard Geisha sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
Dinilai Janggal, Warga Lovina Bali Diduga Korban Mafia Tanah, Laporkan Sejumlah Hakim
Warga Lovina, Buleleng, Made Jodi, melaporkan sejumlah Hakim ke Komisi Yudisial. Laporan tersebut diwakili oleh …