Lombok Timur -Pemanfaatan media sosial dalam mempromosikan budaya Nusantara bisa berbagai cara. Menurut Sri Rahma Dani saat menjadi Key opinion Leader dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Kamis 7 Oktober 2021, pengemasan budaya tradisional yang digabungkan dengan efek teknologi dan media baru dapat menjadi pilihan dan diharapkan menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi muda.
“Pencitraan budaya nusantara yang dikemas dengan teknologi dan penggunaan media sosial akan mengubah citra dan pandangan terhadap budaya itu sendiri,” ujar Sri Rahma dalam webinar yang dipandu oleh Tony Thamrin ini.
Lebih lanjut katanya, kehadiran karya-karya budaya tradisional yang dikemas dengan mengedepankan unsur modern akan lebih menarik berbagai kalangan.
“Misalnya kita ingin menikah dengan suasana yang modern kita bisa mix dengan pakai aksesoris aksesoris dari budaya kita sendiri itu menjadi mix,” imbuhnya.
Sebenarnya banyak cara kita agar bisa mempertahankan budaya nusantara yang kita punya. Jadi jangan sampai kita mati akal untuk bisa kita mengkombinasikan hal-hal dengan yang sifatnya yang kita kenal.
Apalagi untuk anak zaman sekarang yang bosan dengan hal-hal jaduk yang monoton sehingga kita bisa mix dengan hal-hal yang modern. Dengan itu Indonesia akan semakin dikenal oleh orang-orang yang menontonnya.
Pelestarian budaya harus kita upayakan terus sebab kita tak ingin budaya tradisional punah. Apa yang terjadi jika kebudayaan Indonesia musnah?
Kebudayaan yang beraneka ragam itu akan hilang begitu saja dari Bumi Pertiwi dan Indonesia akan menjadi negara yang tidak beridentitas.
“Jadi itu jangan sampai terjadi. Masak orang lain bangga dengan budaya kita tetapi kita tidak. Indonesia punya banyak sekalu ragam budaya dari Sabang sampai Merauke. Dan jika kita tidak peduli maka bisa saja budaya kita diklaim negara lain,” ungkapnya lagi.
Beberapa kali negara lain mencoba mencomot budaya kita yang kita punya. Disinilah peran kita sebagai masyarakat generasi milenial sudah sepatutnya kita turun tangan langsung dalam melestarikan budaya Indonesia yang sudah sepatutnya kita kembangkan dan memang tidak harus mengandalkan pemerintah saja
Apa yang harus kita lakukan? Yang pertama kita harus menemukan kesadaran diri akan hal budaya yang kita punya. Jadi dimulai dari Kita sendiri dulu.
“Pikir dari diri kita sendiri dulu kira-kira kalau bukan saya siapa lagi nih yang mau memperkenalkan dan mempertahankan budaya yang kita punya. Kalau kita sendiri cuek Bagaimana dengan orang-orang sekitar kita.”
Selain itu jangan malas mewariskan budaya yang kita tahu untuk generasi berikutnya. Agar pengetahuan mereka akan budayanya semakin banyak.
“Kalau kita tidak tahu apa yang mereka tanya kan kita sebagai orang dewasa yang mungkin lebih cakap digital yang lebih mengerti oleh karenanya jangan malas searching mencari kira-kira jawaban pertanyaan anak tentang budaya kita sendiri.”
Selanjutnya adalah cakap digital. Kalau misalkan kita tidak mengikuti perkembangan digital sehingga kemampuan kita tidak bagus apa yang harus kita buat percuma kita punya handphone ga WA yang canggih kalau kita tidak bisa menggunakan dengan yang positif.
Selain Sri Rahma pembicara lain adalah Gabrillianty Nastiti, Spv Accounting Analyst,Ody Waji, CEO Waji Travest dan Abdul Azizul Hakim, S.Pd I, M.Pd, Wakil Rektor Institut Elkatarie Kabupaten Lombok Timur.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.