Sumba Timur -Penggunaan internet, seperti dua sisi pisau yang satu bisa bermanfaat jika digunakan untuk manfaat tapi bisa juga berdampak negatif.
Menurut Fajar Hariadi, ST, MT seorang Dosen di Sumba saat menjadi narasumber pada Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis 7 Oktober 2021, ada pengaruh buruknya untuk kesehatan dan performa diri.
“Ada gejala gejala emosional atau perilakunya yang berubah. Pertama ada ketidakmampuan mengatur schedule.Ini juga bisa menyebabkan efek efek terhadap performa kita di sekolah menjadi menurun,” ujar Fajar dalam webinar yang dipandu oleh Jhony Chandra ini.
Kita harusnya punya waktu dengan keluarga dengan teman dengan lingkungan sekitar dan hal ini menjadi berkurang karena kita mengakses aktivitas secara online. Lalu bisa juga terjadi mood swings yang kadang-kadang ekspresinya marah kadang-kadang tertawa-tawa sendiri ekspresinya atau emosionalnya berubah berubah terus.
Dalam satu hari bisa ratusan atau ribuan kali berubah moor. Apalagi kalau misalnya kita lagi marah-marah gara-gara terhada orang komen di status kita. Hal ini tentu bisa mengganggu waktu belajar misalnya bisa terganggu.
Lalu ada gejala yang berikut adalah gejala kelelahan, merasa capek terus seperti orang kehabisan baterai. Ini juga merupakan gejala-gejala bahwa kita sudah terlalu banyak mengakses internet.
Dan ada juga keinginan yang berlebihan sehingga kita ingin bermedia sosial terus, walaupun kita sedang berada dengan orang lain. Juga bisa terjadi kurang sosialisasi, kurang percakapan dengan orang-orang yang berada di sebelah kita.
“Ini merupakan tanda-tanda bahwa kita sudah terlalu sering untuk mengonsumsi internet,” katanya.
Dijelaskannya juga bahwa yang disebut kecanduan internet ada cirinya diantaranya jika kita -menggunakan internet lebih dari 20 jam per minggu. Selain itu orang kecanduan internet sering mengalami rasa sedih dan cemas berlebihan dan sering memiliki masalah dalam hubungan dengan teman dan orang tua.
Kemudian kerap juga menggunakan internet kebanyakan untuk bermain game online dan media sosial. Biasanya ia pertama kali bermain internet saat usia kurang dari 8 tahun. Sementara orang tua tidak mendampingi dan membiarkan saja saat bermain internet terlalu lama.
“Dan untuk mengetahui kita kecanduan atau tidak bisa kita tes internet addiction tes, https://kdai-online.id/.”
Selain Fajar, hadir juga sebagai pembicara seperti Adinda Atika, Business Development, Shella Nadia Lestari, Owner Artfashion dan Adhy Baso sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.