Lombok Tengah -Setiap generasi memiliki karakteristik tersendiri, mulai dari generasi baby boomers, Generasi X, Y, Z hingga Generasi Alfa. Seperti yang diketahui generasi Baby boomers lahir tahun 1946 – 1960. Saat itu sedang tinggi tingginya angka kelahiran saat perang dunia.
“Saat perang dunia selesai, kelahiran bayi sangat menarik makanya kenapa itu dinamakan baby boomers. Sedangkan Generasi X lahir tahun 1961-1980 dan biasanya berumur 50 tahun keatas saat ini,” ujar Nur Rahma Yenita, Ketua Program Studi Teknik Elektro STTI dan Asesor Kompetensi Multimedia BNSP dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Rabu 6 Oktober 2021.
Sementara generasi lainnya yaitu Gen Y yang lahir pada tahun 1981 – 1994 dan Generasi Z merupakan kelahiran 1995 – 2010 serta Generasi Alfa yang lahir dari tahun 2011 – 2024. Khusus Generasi Alfa, saat ini diprediksi sebagai generasi yang paling canggih terkait kemampuan digitalnya. Tak heran sebab generasi Alfa lahir sudah berada di tengah-tengah maraknya beragam fitur dan aplikasi yang mewarnai ruang digital.
“Kadang orang tua Generasi Alfa tidak ingin anaknya rewel dan langsung diberikan smartphone akhirnya di masa balita pun mereka sudah mengenal smartphone dan sudah mengenal tampilan-tampilan teknologi digital di sekitar kehidupannya,” imbuh Nur Rahma lagi.
Karena memiliki karakteristik unik, generasi Alfa pun membutuhkan guru yang benar-benar menyesuaikan diri dengan fakta yang melekat pada generasi Alfa. Karenanya ada banyak kemampuan literasi digital yang wajib dimiliki oleh guru untuk generasi Alfa ini.
“Guru generasi Alfa itu peserta didiknya lahir di masa generasi Alfa. Lalu guru yang mengajar di era revolusi industri ini adalah era revolusi di mana zamannya teknologi digital yang berkembang sangat pesat. Selain itu banyaknya fitur-fitur yang terupdate plus sangat kompleks yang banyak digunakan untuk segala keperluan kita sehari-hari,” jelasnya.
Ada sejumlah karakteristik generasi Alfa yang perlu diketahui yaitu generasi ini lebih percaya informasi dari media interaktif dan lebih suka smartphone daripada TV. Sehingga biasanya generasi ini juga pintar bersosial media dan tidak suka baca buku. “Ini tantangan yang sangat sangat sangat harus dilakukan oleh para guru agar mencari alternatif agar tingkat membaca siswa akan tumbuh,” jelasnya lagi.
Selain itu generasi Alfa juga memiliki karakter fast learning dan adaptif terhadap perkembangan teknologi, kurang loyal tapi bekerja secara efektif dan melakukan transaksi cashless. Soal karakter fast learning dan adaptif semisal ketika mereka disambungkan ke internet apapun mereka bisa lakukan.
Selain itu mereka juga jago bermedia sosial dan soal e-learning gurunya malah masih meraba-raba sementara siswanya langsung pencet buka smartphonenya dan langsung bisa terkoneksi. Sedangkan gurunya masih meraba-raba. Karenanya semua guru harus mengimbangi para siswanya.
Selain Nur Rahma juga hadir pembicara lain yaitu Ody Waji, CEO Waji Travest, Mohammad Taufan Asri Zaen, Wakil Ketua I STMIK Lombok dan Bayu Eka Sari sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
ICBC Indonesia merelokasi cabang di Area Pantai Indah Kapuk
JAKARTA – Bank ICBC Indonesia sebagai anak perusahaan dari ICBC Limited yang merupakan salah satu …