Kupang NTT -Digitalisasi bukan saja memberikan manfaat positif untuk Indonesia. Lebih dari itu, tanpa adanya literasi digital yang mumpuni, digitalisasi mengancam multikulturalime yang menjadi identitas bangsa menjadi sebuah alat untuk memecah belah persatuan.
Dr.Zainur Wula, S.Pd, M.Si Rektor Muhammadiyah dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Selasa 5 Oktober 2021, mencontohkan saat pemilu dan pilkada lalu, kampanye politik yang saling menyudutkan saling menyerang di luar program kerja kerap terjadi di ruang digital. Sementara, di bidang ekonomi bahwa persaingan tidak sehat juga bisa terjadi akibat perkembangan digitalisasi komunikasi ini.
“Pun begitu dalam bidang sosial budaya seni, dan bidang kehidupan pribadi bisa menyerang kehidupan pribadi orang lain. Dalam bidang etnik dan agama adalah konten-konten intoleran juga bisa terjadi, “ ujar Zainur dalam webinar yang dipandu oleh Kika Ferdind ini.
Ditambah lagi dalam bidang moral akhlak atau etika ada konten-konten yang bertentangan dengan kepribadian bangsa dan konten-konten yang bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Itulah setiap orang harus bisa mengembangkan keunggulan manusia dan upaya pencegahan penyalahgunaan media massa digital.
Sebab pada dasarnya setiap orang atau institusi akan mengarah kepada kebaikan. “Orang sekolah setinggi apapun dan lembaga pendidikan mengajarkan tentang kebaikan, tidak ada yang mengajarkan kejahatan,” ujar Zainur lagi.
Tentang kebenaran dan kebaikan ini ada dan menjadi bagian dari diri manusia. Seperti yang disebutkan dalam pendidikan sosiologi yang hanya mencakup empat dimensi pengalaman manusia yang diarahkan untuk menjadi empat keunggulan manusia (Marris,2003).
Keempat keunggulan manusia itu adalah intelektual yang mengarah kepada pencarian nilai-nilai kebenaran, estetis kepada keindahan, moral kepada kebaikan dan spiritual kepada keutuhan. Yang harus diingat juga adalah bahwa pintar itu tidak membuat orang menjadi sukses tetapi karakter.
Karakter ini sangat penting, tetapi sayangnya kelemahan orang Indonesia adalah orang bertanya tentang sekolah sekolah tapi tidak dengan budaya. “Kalau kita lihat di lain tempat sangat membekas karena dia sekolah mulai dari S1 S2 S3 itu membuat karakternya yang memproses kebudayaan jadi melahirkan kebudayaan bagi peserta didik kita yang berkarakter,” bebernya lagi.
Indonesia memiliki keberagaman dan perbedaan kita yang perbedaan tentang suku ras agama dan budaya menjadi harmoni kehidupan yang indah dan harmoni bisa muncul karena perbedaan.Karenanya pendidikan harus menjadi proses pembudayaan yang memberi warna tersendiri untuk berkembangnya harmoni kehidupan, Indonesia sangat indah yang bisa dibilang zamrud khatulistiwa. “Oleh karena itu jangan menjadi perpecahan,” katanya.
Selain Zainur juga hadir pembicara lainnya yaitu Ilham Faris Digital Strategist, Fajar Sidik Zinester & Podcaster at 30degree Media Network dan Andhy Basto sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
Dinilai Janggal, Warga Lovina Bali Diduga Korban Mafia Tanah, Laporkan Sejumlah Hakim
Warga Lovina, Buleleng, Made Jodi, melaporkan sejumlah Hakim ke Komisi Yudisial. Laporan tersebut diwakili oleh …