Lombok Barat -Semakin canggih perkembangan teknologi digital menuntut orang zaman sekarang mencukupi kebutuhan akan skill yang mumpuni agar tak tertinggal. Saat ini generasi Alfa yang lahir tahun 2010 hingga tahun 2025 digadang-gadang menjadi generasi paling canggih terkait kemampuan digital.
Pasalnya sejak lahir generasi ini hidup di tengah perkembangan dunia digital yang sangat ramai dan diwarbnai dengan banyak fiturnya. Karenanya orang tua maupun guru sebagai pendidik yang akan menanamkan nilai-nilai penting kepada generasi ini juga dituntut mengisi skill yang sesuai juga.
Seperti yang dikatakan oleh Nico Oliver, Penggiat Digital dan Content Creator saat menjadi nara sumber di Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Selasa 5 Oktober 2021, bahwa guru untuk generasi Alfa membutuhkan sejumlah kemampuan dan karakter yang khusus juga.
“Karakter dan kemampuan yang dibutuhkan sebagai guru generasi Alfa diantaranya adalah bisa beradaptasi dengan kondisi termasuk mekanisme pengajaran dan berpikiran terbuka,” ujar Nico dalam webinar yang dipandu oleh Eddie Bingky ini.
Lebih lanjut kata Nico, guru untuk generasi Alfa juga dituntut untuk mampu membuat konsep pengajaran yang up to date, berkolaborasi dengan teknologi, visioner dan menguasai literasi digital.
Kemampuan literasi digital yang sebaiknya dimiliki guru generasi Alfa adalah pertama kecakapan digital terhadap perangkat keras yaitu seperti PC laptop, ponsel tablet dan perangkat pendukung lainnya. “Lalu ada perangkat lunak yaitu ada Microsoft office mesin pencari Google media sosial dan aplikasi pendukung lainnya,” imbuhnya.
Beberapa perangkat lunak yang dapat membantu guru generasi Alpha adalah Google Drive Google map zoom in shot, mentimeter serta slidesco.
Sementara itu Basir Rommy Khaetami, Ketua Karang Taruna dan Penggagas Desa Digital Desa Dasan Tapen di acara yang sama mengatakan kemampuan digital di dunia pendidikan saat ini menjadi sebuah keniscayaan. “Untuk saat ini dibutuhkan masyarakat digital yang cakap akan perkembangan teknologi,” ujar Rommy menambahkan.
Di dunia pendidikan misalnya, kata Rommy kita sekolah-sekolah dulu, mengumpulkan informasi ilmu hanya bisa di kelas kalau sekarang bisa dimana saja dengan media yang kita miliki.
Lalu dengan hubungan sosial kemasyarakatan dulu kalau kita ingin sekedar mengobrol atau sama teman sama keluarga harus bertemu langsung sekarang kita bisa dari jarak jauh melalui media sosial ini yang ada. Lalu dulu kalau misal kita ingin membeli sesuatu kita harus ke tokonya langsung ke supermarket nya langsung tetapi sekarang kita bisa langsung di online seperti di e-commerce dan online shop.
“Pada sektor pendidikan juga merasakan dampak positif dari adanya digitalisasi. Dengan adanya internet belajar menjadi lebih mudah mengakses informasi tambahan yang terkait dengan pelajaran maupun hanya untuk menambah wawasan,” kata Rommy.
Selain Rommy dan Nico juga hadir Cenuk Sayekti, seorang Peneliti dan Dosen sebagai pembicara dan Vizza Dara sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
ICBC Indonesia merelokasi cabang di Area Pantai Indah Kapuk
JAKARTA – Bank ICBC Indonesia sebagai anak perusahaan dari ICBC Limited yang merupakan salah satu …