Bima NTB -Setiap manusia yang masuk ke dunia digital, pasti memiliki identitas digital tersendiri. Identitas digital sendiri berarti data seseorang baik yang teridentifikasi atau dapat diidentifikasi secara tersendiri, atau dikombinasi dengan data lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung melalui sistem elektronik atau nonelektronik.
“Identitas digital adalah instrumen data digital yanb digunakan untuk membuat akun di dunia digital. Sekarang ini rata-rata dari kita sudah punya alamat email, atau username di media sosial,” kata Grace Moulina, Head of Marketing Communications di sebuah perusahaan finansial.
Lebih lanjut, Grace mengatakan bagaimana ada beberapa perbedaan mencolok dari identitas digital dengan identitas konvensional. Misal, identitas digital yang menjadi instrumen eksistensi seseorang di dunia digital biasanya memiliki alamat email, user name, nomor handphone hingga akun media sosial.
Sementara identitas konvensional biasanya berupa nama lengkap, NIK, KTP dan KK, nomor rekening hingga rekam medis. “Daya konvensional ini digunakan untuk mengidentifikasikan seseorang dan digunakan sebagai identitas diri,” tambah Grace.
Dijelaskan Grace dalam acara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Kamis (30/9/2021), pencurian identitas digital masuk dalam delapan kejahatan siber paling marak di Indonesia.
Delapan kejahatan siber itu adalah phising, virus dan malware, peretasan, spamming, DDOS Attack, pembajakan, perundungan online dan terakhir, pencurian identitas digital.
“Pencuriqn identitas ini sangat sering terjadi. Data kita bisa diperjualbelikan di media sosial dan bisa digunakan untuk hal-hal seperti mendaftar ke aplikasi atau pinjaman online. Padahal pemilik data tidak mendaftar kepada aplikasi atau fasilitas tersebut,” tambah Grace.
Lalu, apa saja penyebab bocornya identitas digital? Dilanjutkan oleh Grace, setidaknya ada empat penyebab mengapa identitas digital bisa bocor.
Pertama, karena menggunakan jaringan publik seperti WiFi gratis atau ruang publik secara sembarangan tanpa kehati-hatian. Kedua, eksploitasi diri di media sosial. Itulah mengapa kita perlu berhati-hati saat mengunggah sesuatu ke media sosial, karena disengaja atau tidak, data digital kita bisa tersebar begitu saja.
Ketiga adalah hilang atau rusaknya perangkat digital. Padahal data di dalam yang masih tertinggal bisa saja dimanfaatkan okeh oknum-oknum lain yang tidak bertanggungjawab. Keempat, serangan siber akibat lemahnya proteksi dan tidak adanya enkripsi data dan lain-lain.
Terakhir, Grace mengimbau beberapa hal yang bisa dilakukan guna mencegah kebocoran data digital seperti di antaranya menggunakan internet secara bijak, hindari memberi data sensitif di internet, jangan asal mengklik link yang diberikan, rutin mengganti kata sandi secara berkala, tidak mencantumkan identitas pribadi di media sosial serta menggunakan akun email berbeda untuk media sosial serta urusan finansial.
Selain Grace Moulina, hadir pula acara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat yaitu Shella Nadia, CEO Artifashion, ABD Rahman Hidayat, Sakti Peksos Kementerian Sosial Kabupaten Bima dan Ahmad Affandy sebagai key opinion leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
Dukung Pertanian Rumput Laut—BRI Berikan Bantuan Sarpras, Pelatihan, Hingga KUR Petani
Denpasar – BRI Regional Office Denpasar mendukung sektor pertanian khususnya pertanian rumput laut di Nusa …