Memahami Perbedaan Dalam Ruang Digital

Manggarai Barat -Ruang digital adalah bagian dari ruang demokrasi. Begitu banyak pengguna media sosial sampai 73% dari seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini bisa dikatakan seluruh artikulasi seluruh keinginan tentang kehidupan bernegara di sosial maupun pribadi itu telah tersampaikan melalui cara yang tidak bagus maupun cara yang bagus itu sudah disampaikan ke masing-masing media sosial.
Demikian dikatakan oleh Ernesta Lalong Teredi, Peneliti Lembaga Terranusa Indonesia dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Kamis 30 September 2021. Ernesta menyayangkan bahwa saat ini orang Indonesia kekurangan atau kecenderungan mengabaikan pentingnya verifikasi.
“Kita Dengan gampangnya menyebarkan informasi hoax dan harus diingat bahwa berbagai keberagaman dalam ruangan digital sifatnya inheren,” ujar Ernesta dalam webinar yang dipandu oleh Jhoni Chandra ini.
Ia juga mengatakan bahwa setiap pengguna ruang digital harus memahami adanya beragam bentuk perbedaan di media sosial. Karenanya perlu menyikapi perbedaan itu supaya tetap terjaga ruang digital yang aman dan nyaman untuk setiap penggunanya.
“Perlu implikasi baik terhadap perbedaan dan pentingnya literasi digital. Karena media sosial dalam konteks positif itu akan menjadi ruang pertemuan itu dari berbagai macam orang,” imbuhnya lagi.
Sebenarnya dari media sosial kita mau mendapat pengetahuan yang kritis dan pengetahuan yang beretika tinggi sebab tentang etika juga kita bisa dapat di sana. Karena penting untuk meningkatkan daya verifikasi bagi pengguna media sosia serta tingkatkan verifikasi dan sikap ingin ingin tahu mana yang benar.
“Sebagai manusia harus memiliki sikap dasar sikap segala sesuatu itu bisa salah walaupun itu benar baik menurut banyak orang, tapi harus ada dalam pribadi kita masing-masing bahwa segala itu bisa salah juga. Media digital ini adalah sebagai media simulasi dari dunia nyata kita,” bebernya.
Ia juga mengatakan bahwa keberagaman ini harus dijaga sebagai Indonesia. Sebab pendiri pendiri bangsa kita itu menjadikan keberagaman itu sebagai kekayaan dalam rangka melawan penjajah dulu.
“Kalau seandainya kita saling mengolok dan olok-olok dipakai sebagai senjata untuk mengklaim bahwa diri sendirilah yang paling benar, untuk mengklaim budaya ini paling baik, agama ini paling baik agama ini paling buruk. Jika itu terjadi hal itu membuktikan kita tidak sehebat para pendahulu kita yang memerdekakan Indonesia,” ungkapnya.
Karenanya sebagai warga negara Indonesia yang menjadi pengguna atau user media sosial sepantasnya mengolah dampak baik ruang digital dan meminimalisir dampak buruknya. Karena dengan memproduksi dampak baiknya kita sudah membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selain Ernesta para pembicara lainnya adalah Gebryn Benjamin, Lead Creative Strategy Frente Indonesia, Nannette Jacobus Branding Strategy dan Content Creator, dan Dhan Geisha sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Check Also

Dinilai Janggal, Warga Lovina Bali Diduga Korban Mafia Tanah, Laporkan Sejumlah Hakim

Warga Lovina, Buleleng, Made Jodi, melaporkan sejumlah Hakim ke Komisi Yudisial. Laporan tersebut diwakili oleh …