Pentingnya Pemahaman Prinsip Pluralistik dan Multikultural dalam Ruang Digital

Denpasar -Perkembangan teknologi digital yang semakin canggih menjadikan kebutuhan tersosialisasinya literasi digital juga diharap lebih cepat dan merata juga. Umumnya literasi digital kerap dianggap sebagai kecakapan penguasaan teknologi sebagai hal yang paling utama.
Padahal adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi tetapi juga soal etika dan budaya digital dengan harapan pengguna ruang digital tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Seperti yang dikatakan oleh Tiara Maharani, seorang Writer sekaligus Correspondent sebuah media berbasis internasional dalam Webinar Literasi Digital di Kota Denpasar Bali, Senin 27 September 2021, bahwa sisi etika serta budaya digital menjadi faktor penting menciptakan ruang digital yang aman, sehat dan bertanggungjawab.
“Salah satu yang sangat penting untuk dipahami di ruang digital adalah Prinsip Pluralistik dan Multikultural. Bhinneka Tunggal Ika mengandung nilai antara lain: toleransi, inklusif, damai dan kebersamaan, serta setara. Nilai-nilai tersebut tidak menghendaki sifat yang tertutup atau eksklusif sehingga memungkinkan untuk mengakomodasi keanekaragaman budaya bangsa dan menghadapi arus globalisasi,” ujar Tiara Maharani dalam webinar yang digelar oleh Kemkominfo dan Siberkreasi yang dipandu oleh Jhoni Chandra.
Lebih lanjut, kata Tiara, selain itu ada sejumlah prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang perlu kita pahami dan terapkan di ruang digital. Diantaranya adalah Common Denominator, Tidak Sektarian dan Enklusif, Tidak Formalistis, Bersifat Konvergen, serta Semangat Gotong-Royong.
Tiara juga memerinci bahwa terdapat 5 agama di Indonesia, namun sesuai dengan prinsip pertama Bhinneka Tunggal Ika perbedaan dalam hal keagamaan haruslah dicari common denominatornya. “Atau dengan kata lain menemukan persamaan dalam perbedaan sehingga semua rakyat Indonesia dapat hidup rukun berdampingan,” imbuhnya.
Demikian juga dengan berbagai aspek lain dengan segala perbedaannya di Indonesia, seperti adat dan kebudayaan di setiap daerah. Semua keberagaman adat dan budaya tersebut tetap diakui keabsahannya dengan segala perbedaan yang ada tetap bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ada banyak cara mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital. Misal saja dengan memperlakukan setiap pengguna ruang digital dengan hormat dan sopan saat berinteraksi, selalu ikuti norma dan etika yang berlaku, gunakan bahasa baik, berpikir dahulu sebelum berkomentar.
“Anggaplah mereka adalah tetangga atau saudara yang kita hidup bersama di dunia digital. Selain itu juga penting adalah menebarkan optimisme, mengangkat hal-hal positif, mewujudkan cinta Tanah Air dan mempromosikan gaya hidup yang berkualitas,” bebernya.
Juga penting adalah perilaku kita di ruang digital yang selalu berusaha untuk menghargai semua pihak, santun dan bermartabat, menguatkan harmoni dan kebersamaan juga menciptakan ruang diskusi yang sehat.
Penekanan lainnya yang pada saat ini perlu ditumbuhkan terus adalah semangat gotong-royong. Bagi Tiara semangat gotong-royong tidak melulu tentang bahu-membahu membersihkan lingkungan, atau menjaga keamanan lingkungan sekitar rumah saja. Tapi juga pada semangat gotong-royong dalam melawan hoax atau berita bohong yang kini tersebar dimana-mana atas nama clickbait.
Selain Tiara Maharani, pembicara lain yang juga berbagi wawasan tentang pentingnya literasi digital adalah Gebryn Benjamin, Lead Creative Strategy Frente Indonesia, Made Winardana, S.Kom, MTCNA Guru TKJ SMK Teknologi Nasional dan Relawan TIK Bali dan Chika Mailoa sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Check Also

Mr Chen Yong. (Dok Beng)

ICBC Indonesia merelokasi cabang di Area Pantai Indah Kapuk

JAKARTA – Bank ICBC Indonesia sebagai anak perusahaan dari ICBC Limited yang merupakan salah satu …