Sumbawa Barat -Salah satu jenis usaha yang sangat terpukul akibat wabah pandemi virus covid 19 ini adalah di sectkr UMKM. Dari data survei yang dilakukan oleh Asian development Bank ADB 2020 juga menunjukkan 48,6% UMKM Indonesia tutup akibat pandemi.
Agus Jamiatul, General Manager TC Invest dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Kamis 23 September 2021 mengatakan bahwa memang kondisi UMKM di masa pandemi mengalami penurunan pendapatan.
Dari data yang ada 82,8% lebih UMKM merasakan dampak pandemi dan hanya 5% yang mengalami pertumbuhan positif, yaitu mereka yang berusaha di bidang yang benar-benar dibutuhkan di masa pandemic. Kondisi ini sangat memprihatinkan kita semua sebab UMKM adalah pilar pondasi perekonomian negara kita.
“Karenanya sekarang pun pemerintah tengah mengupayakan bagaimana pelaku UMKM bisa bertahan di masa sulit seperti pandemi. Namun hal itu tetap perlu dibantu dengan para pelaku UMKM dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital. Beradaptasi dengan digitalisasi sangat penting di kondisi seperti sekarang ini,” ujar Agus dalam webinar yang dipandu oleh Jhoni Chandra ini.
Lebih lanjut Agus mengatakan untuk dapat bertahan ada sejumlah cara yang harus dilakukan para pelaku UMKM, di antaranya adalah dengan memaksimalkan penjualan online, menjalankan pilihan lain pada produk yang paling dibutuhkan seperti masker hand sanitizer.
Agus juga menilai bahwa penurunan pendapatan yang dialami pelaku UMKM juga disebabkan oleh daya beli masyarakat yang mengalami penurunan di tengah kondisi PPKM dengan keterbatasan mobilitas. Sehingga kondisi ini menjadi hambatan.
Akibat kondisi seperti ini para pelaku UMKM perlu melakukan perubahan agar bisa bertahan. Perubahan itu dengan memaksimalkan teknologi penjualan, memaksimalkan teknologi digital untuk berjualan online juga untuk promosi secara online sehingga pasar yang hilang bisa kembali lagi kita dapatkan.
Agus juga menyarankan para pelaku UMKM melirik sejumlah jenis bisnis yang masih mendapat tempat di masyarakat seperti agribisnis, fashion dan kesehatan. Contohnya Agribisnis relatif hanya membutuhkan modal yang tidak begitu besar.
“Agribisnis juga tidak memerlukan lahan besar bahkan untuk pemula bisa mempergunakan pekarangan rumah sendiri. Sementara bidang kesehatan memang tengah dicari di masa pandemic seperti sekarang ini dan fashion menjadi jenis yang selalu dibutuhkan dan dipakai oleh semua orang,” beber Agus lagi.
Ia juga menyarankan agar para pelaku UMKM memfokuskan diri pada satu bidang agar lebih mudah untuk memulai dan bisa berpeluang untuk lebih berkembang.
“Salah satu kelebihan UMKM adalah tak melulu membutuhkan modal besar yang penting niat, kejujuran, kemauan dan semangat untuk memulainya,” tandas Agus.
Selain Agus, pembicara lain yang berbagi wawasan tentang literasi digital kali ini adalah Josephine Vannia Brightnessa, Marketing Manager Digital Apps, Hasanuddin, ST, MC.s, Konsultan IT & Dosen Undova dan Nard Geisha sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
ICBC Indonesia merelokasi cabang di Area Pantai Indah Kapuk
JAKARTA – Bank ICBC Indonesia sebagai anak perusahaan dari ICBC Limited yang merupakan salah satu …