Lombok Timur- Isu kejahatan siber marak terjadi dalam beberapa tahun belakangan. Bahkan menurut data internet world stats, per maret 2021 terdapat 3500 laporan kejatan siber.
Kejahatan siber yang terjadi tadi juga beragam mulai dair phising cyber bulyying dan yang belakangan juga marak dibicarakan ialah pencurian identitas pribadi. Selain karena adanaya orang tidak bertanggung jawab yang menyalahgunakan kesempatan dengan melakukan pencurian, banyak masyarakat sendiri yang juga tidak paham betul terkait dengan data pribadi.
Hal itu yang disampaikan oleh Grace M. Moulina, Head of Marketing Communications Financial Company, dalam webinar Gerakan Nasional LIterasi Digital Wilayah Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Jumat (25/9/2021). Oleh sebab itu, menurutnya penting untuk bisa mengetahui defisini dan jenis data pribadi.
“Jenis data pribadi paling tidak bisa dibagi dua. yakni data umum dan data spesifik. Data umum sendiri berisi nama lengkap, jenis kelami, kewarganegaraan, agama, dan atau data pribadi yang dikombinasikan untuk mengidentifikasi seseorang (NIK),” kata Grace.
Sementara itu, lanjut Grace, data spesifik ialah data dan informasi kesehatan, data biometrik, data genetika, orientasi seksual, catatan kejhatan data anak, dan data lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.
“Penting untuk tahu beda data konvensional dan data digital. Kalau data konvensional itu data yang digunakan untuk mengidentifikasi seseorang dan digunakan sebagai identitas diri, seperti nama lengkap, NIK, KTP dan KK, sampai rekam medis,” kata Grace.
Sedangkan, lanjut Grace, yang dimasksud dengan identitas digital merupakan instrumen yang digunakna untuk membuktikkan eksistensi seorang di dunia digital. Beberapa contohnya ialah alamat email, user name, nomor handphone, dan akun media sosial.
“Seringkali bocornya data atau identitas pribadi kita kaena kita mengakses jaringan atau layanan internet publi. Seperti misalnya menggunakan layanan wifi gratis di ruang publik atua di coffee shop, tanpa kita sadar data kita dicuri,” kata Grace,
Selain itu, kemungkinan kebcoran data lainnya ialah karena seorang tanpa sadar mengeksploitasi datanya di medai sosial. Beberapa orang kerap mengunggah data pribadi di platform media sosial, baik secara ataupun tidak.
“Atau bisa juga karena hilang atau rusaknya perangkat. Sehingga data yang tersimpan di perangkat tertinggal dan digunakan oleh orang orang tidak bertanggung jawab,” kata Grace.
Kemudian bisaa juga terjadi karena adanya serangan siber. Situasi ini bia terjadi karena lemahnya sistem proteksi dan tidak adanya enskripsi data di sebuah gadget. Sehingga data menjadi mudah bocor dan dibobol orang.
Dalam kesempatan yang sama Ody Waji, CEO Waji Travest, juga memaparkan tentang tren usaha dan pekerjaan online. Salah satu peluang yang ia anggap menguntungkan ialah dengan lewat metode dropshipper.
Dalam webinar tersebut juga hadir Ahmad Patoni, SS., M.Pd, Mudir PPSM Takmili Thohir Yasin kab. lombok timur, dan Adelita sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Check Also
Dukung Pertanian Rumput Laut—BRI Berikan Bantuan Sarpras, Pelatihan, Hingga KUR Petani
Denpasar – BRI Regional Office Denpasar mendukung sektor pertanian khususnya pertanian rumput laut di Nusa …