Lombok Tengah -Sopan santun dan keramahan masyarakat Indonesia di dunia nyata sangat terkenal hingga kancah internasional. Namun, tidak dengan sikap masyarakat di ruang digital. Menurut survei Digital Civility Index oleh Microsoft, netizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Tenggara.
“Kejadian itu perlu kajian yang mendalam mengapa itu bisa terjadi. Mungkin netizen menganggap bahwa apabila kita tidak bertemu langsung dengan seseorang boleh saja kita bebas berekspresi,” ujar Muh. Yahyaddin, Wakil Direktur Bidang Umum Poltekpar Lombok, dalam Webinar Literasi Digital di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Rabu (22/9/2021).
Yahya mengklaim, kebebasan adalah suatu keterbatasan yang harus dijaga dengan baik. Hal itu karena apa yang kita posting dilihat oleh banyak orang. Literasi digital membuat kita semakin bijak dalam menggunakan internet.
“Harusnya seluruh netizen agar selalu bersikap sopan. Tidak hanya sopan saat bertemu langsung dengan seseorang, tetapi dengan tidak bertemu langsung pun kita juga harus sopan,” imbau Yahya.
Ia mengatakan, berperilaku sopan dan santun di ruang digital tidak membutuhkan atau dipungut biaya apapun. Hal itu dipertanyakan Yahya terkait sulitnya masyarakat bersikap sopan di ruang digital. Menurutnya, postingan positif bisa berpengaruh baik untuk kita dan orang lain.
Umumnya, netizen dalam menggunggah di media sosial tidak berpikir terlebih dahulu. Seharusnya, orang yang bijak di media sosial harus memfilter apapun sebelum membagikan postingan kepada orang lain. Filter ini menentukan kelayakan konten tersebut layak untuk di share kembali atau tidak.
Di era digital, postingan yang tidak sesuai dengan aturan pun mempengaruhi reputasi karena adanya jejak digital. Misalnya, ketika kita ingin melamar pekerjaan. Ia mengatakan, sebelum membuat postingan kita harus berpikir jauh ke depan, seperti menggunakan prinsip THINK.
Prinsip THINK ini terdiri atas, true, helpful, inspiring, need, dan kind. Dalam penjelasan Yahya, true berarti apa yang kita posting berupa fakta. Kedua, helpful yaitu mengenai manfaat dari postingan kita. Ketiga, inspiring berarti postingan kita bisa menginspirasi orang lain. Keempat, need berarti yang kita bagikan itu diperlukan atau tidak. Kelima, kind yakni menyebarkan postingan baik atau bersifat positif.
Setelah berpikir dengan prinsip THINK itu, tentu dibutuhkan sifat bijak dalam menggunakan media sosial. Menurutnya, hal pertama ialah dengan tidak asal posting, menghormati orang lain, jangan membagikan data pribadi terutama yang sifatnya sensitif, memfilter akun yang diikuti, serta melakukan detoks media sosial secara berkala.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Lombok Tengah, NTB, Rabu (22/9/2021) juga menghadirkan pembicara, Azizah Zuhriyah (Division Head Finance TC Invest), Aripin (Eksekutif Direktur INCCA), dan Vizza Dara (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (*)